"Kembalilah ke padepokanmu, Puspita! Sudah dua hari kau menemani kami di goa ini," ucap Byakta.
Byakta, Dewi Ular, Dharmaji dan Puspita akan berpisah di goa itu. Goa yang menjadi saksi persekutuan sekaligus persenggamaan di antara ketiga orang itu.
"Aku, aku takut guru akan menanyakan kakang Dharmaji," cemas Puspita. Dia akan kembali seorang diri tanpa Dharmaji. Pemuda yang telah kena tenung itu akam dibawa oleh Byakta dan Dewi Ular menuju Tebing Hantu di alam ghaib guna mendapatkan Bunga Pahit Lidah.
"Kan sudah ku bilang, katakan pada gurumu jika Dharmaji ingin berkelana sebentar," sahut Dewi Ular menjawab.
Puspita masih ragu, "Tapi, saya takut guru akan curiga."
"Dasar perempuan tolol! Pikirkan sendiri pakai otak bagaimana caranya agar gurumu tidak curiga. Jika tidak, silahkan kembalikan Air Iblis Sorga Neraka yang kuberikan!" Ancam Dewi Ular, perempuan sakti ini jengkel sekali terhadap pendekar perempuan yang penakut seperti Puspita.
Puspita terdiam, dia tak berani membantah.
"Sudah! Kita berpisah di sini! Ingat Puspita, sekarang kau bawahan kami. Jika kau berkhianat, maka aku tak segan-segan membunuhmu!" Ancam Byakta pula.
"Satu lagi, jangan bocorkan rahasia kita, kalau tidak aku akan membuatmu gagal mendapatkan Lintang!" Gertak Dewi Ular.
"Ampun, saya berjanji tidak akan berkhianat apalagi membocorkan rahasia, cuma saya bingung, saya datang ke tempat ini bersama dengan kakang Dharmaji, dia menggunakan ajian berpindah tempat. Saya tidak tahu bagaimana caranya agar bisa cepat kembali ke padepokan Lingga Buana."
Dewi Ular mendengus, "Dasar keroco tidak berguna!"
Selesai mengumpat, Dewi Ular hentakkan kaki kanan ke tanah hingga menimbulkan goncangan sebentar. Tanah retak dan dipijari cahaya merah, begitu retakan itu runtuh, maka tampak di hadapan Puspita sebuah lorong panjang berwarna merah.
"Itu Lorong Arwah, ilmu ghaib itu akan membawamu pulang ke Padepokan Lingga Buana dengan cepat," ucap Dewi Ular.
"Terima kasih, Dewi!" Girang Puspita, tanpa ragu dia langsung amblaskan diri ke dalam lorong yang muncul di permukaan tanah.
Setelah Puspita lenyap, Dewi Ular dan Byakta saling pandang sebentar.
"Kita juga harus pergi. Kita diburu waktu!" Ajak Byakta.
Dewi Ular mengangguk, lalu sambil memegang tangan Dharmaji, perempuan ini mendahului melesat pergi.
****Sebelumnya diceritakan bahwa Dhanu membawa Lintang yang terluka ke Padepokan Kembang Dewa guna diobati. Ki Cipta Reksa segera menyambut putra sahabat baiknya itu dengan sigap, dengan menggunakan khasiat Duri Tiga Warna, pemimpin Padepokan Kembang Dewa itu mengobati pinggang Lintang yang terluka.
Ajaib! Duri Tiga Warna benar-benar mujarab, apalagi ditambah pula dengan tetesan darah Indradhanu yang menjelma menjadi kelopak mawar penyembuh, luka besar di pinggul Lintang itu berhasil menutup dan sembuh. Namun tetap saja Lintang masih lemah karena kehabisan cukup banyak darah.
Malam itu, Ki Cipta Reksa mengumpulkan seluruh muridnya juga anak istrinya untuk berkumpul, termasuk Lintang. Lelaki paruh baya itu meminta Dhanu untuk menuturkan apa yang terjadi dengan jelas.
"Maaf ayahanda, sebelumnya tanpa izin saya meminta Lintang buat mengajari saya beberapa jurus di hutan dekat sungai, hal itu kami lakukan secara rahasia selama satu bulan belakangan." Dhanu membuka cerita.
Ki Cipta Reksa menanggapi dengan bijak, "Tak apa, Nak! Menuntut ilmu itu bisa dilakukan di mana saja, dan tak terbatas hanya di satu tempat saja. Asal ilmu yang kau pelajari itu ilmu yang bersumber dari kebaikan."
KAMU SEDANG MEMBACA
MAWAR DARAH & HALILINTAR BIRU
Fantasy"Hridaya pravahita anugraha" Cinta adalah anugerah yang mengalir dari hati. Lintang Arganata seorang murid cekatan dari padepokan Linggabuana mendapatkan tugas memberikan undangan adu tanding Kanuragan ke Padepokan Kembang Dewa. Di sana Lintang Arg...