Kelopak 5 - Gaduh

141 23 1
                                    

"Aduh, pelan-pelan mbakyu!" Rintih Dhanu tatkala Anggun mengobati punggungnya, cukup lebar luka yang disebabkan oleh pecahan gentong tadi. Anggun sedang mengoleskan ramuan obat ke sekitar luka itu sambil ditunggui para saudara seperguruan yang lain.

Anggun mengoleskan obat itu sambil menceritakan kejadian yang menimpa Indradhanu kepada saudara-saudaranya. Karuan saja mereka semua menahan geram, terlebih lagi Wiladi yang merupakan saudara tertua.

"Awas saja kalau bertemu mereka! Akan ku balas perbuatan jahat mereka itu, adi Dhanu"

"Tahan ya Dhanu, ini akan lebih sedikit perih" Anggun menaburkan bubuk pengering luka hingga Dhanu terpaksa menggigit bibirnya menahan sakit, suara rintihannya terdengar menyayat-nyayat.

"Kejam sekali mereka, sudah tahu Adi Dhanu tidak menguasai kanuragan masih saja dihajar seburuk itu" sela Prayetno, salah seorang murid juga disana.

Tiba-tiba perhatian mereka terpecah dengan munculnya empat orang muda-mudi di depan gerbang. Anggun yang melihat keempat orang itu langsung saja berseru.

"Itu mereka yang mengerjai adik Dhanu!"

Sringgg, Wiladi langsung mencabut golok. Beberapa saudaranya mengikuti. Dengan golok terbunuh sembilan murid laki-laki itu mengelilingi empat tamu yang baru datang yang tak lain adala Lintang, Puspita, Dharmaji, dan Gunadi.

"Wah wah wah, begini rupanya cara padepokan ini menyambut tamu" sindir Lintang.

"Tutup mulutmu! Tamu lancang yang melukai adik kami harus di beri pelajaran" Prayetno menggebu.

"Tunggu apalagi! Hajar!" Seru Jelitheng, salah satu rekan Dhanu.

Prayetno dan Jelitheng langsung menyerang, dua buah golok menusuk cepat.

"Dharmaji, kau hadapi dua kadal ini" perintah Lintang.

Dharmaji  menyeringai, dia cabut pedangnya, dia pun menangkis dua tusukan pedang dengan lihainya. Ketiga lelaki itu pun berduel dengan sengit.

Murid-murid yang lain pun mulai bergerak pula, dua menyerbu Puspita,  tiga termasuk Wiladi menyerang Lintang, dan dua lainnya menyerbu Gunadi.

"Hai aku tidak ikut-ikutan menyakiti adik kalian" kilah Gunadi. Namun tak ada yang percaya.

"Karena kau komplotan dengan mereka, kau juga harus bertanggung jawab" seru Jatayu, murid tertua kedua setelah Wiladi.

Pertarungan sembilan lawan empat pun tersaji dengan sengit. Kelihatannya sembilan murid padepokan Kembang Dewa mampu mendesak lawan, namun sebenarnya tidak. Karena pihak Lintang dan kawan-kawan lebih menahan diri, bukan mengalah melainkan untuk meledek dengan pergunakan jurus-jurus yang mengecoh.

Anggun yang menyaksikan dari balai-balai dimana Dhanu dirawat merasa kesal karena saudara-saudaranya tidak berhasil mengalahkan empat orang itu. Malah Jatayu, Jeliteng, Prayetno telah kena pental di tendang lawan. Pun menyusul lima yang lainnya. Itu artinya hanya Wiladi yang mampu bertahan dan gantian terdesak.

"Sudah, aku tidak ikut-ikutan lagi" Gunadi malas, dia menarik diri dari keributan.

Wiladi kerahkan seluruh kepandainnya buat menghadapi tiga pengeroyok. Harga diri perguruan ya kini bertumpu padanya sebagai murid tertua. Wilad mulai pamerkan jurus-jurus silat Kembang Dewa Gugur Ke Bumi. Sambaran pedangnya aneh, terlihat seperti tidak bertenaga namun cepatnya luar biasa.

"Trangg!" Puspita menjerit, pedangnya bergetar saat menangkis sambaran pedang Wiladi. Semakin lama semakin keras getaran pedang itu hingga Puspita merasakan ngilu di tulang-tulang jarinya. Karena tak tahan lagi Puspita pun melepaskan pedang itu. Dan saat itu pula Wiladi telah secepat kilat hantamkan jurus Tangan Dewa Menyentil Bunga. Jari lelaki ini menjentik, ada hawa padat yang keluar dan menderu lalu menghantam perut Puspita. Puspita melenguh di dalam hati. Dia pun jatuh meringkuk memegangi perutnya yang sakit.

MAWAR DARAH & HALILINTAR BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang