Kelopak 20 - Taruhan Tanpa Tanggapan

107 18 0
                                    

Priyandhana sedang di rawat ruang tabib istana, dia sedang ditunggui oleh keluarganya, yakni ibu, ayah dan kakek neneknya. Ringgita dan gurunya, Nini Palupi juga turut ke ruang tabib istana itu.

Wisnu sedang membahas apa yang terjadi di atas panggung tadi bersama Prabu Arya Dygta, Danum Suarga, Pangeran Esa Kanagara serta Panglima Lesmana.

"Wisnu, kau adalah orang pertama yang mendapat firasat bahwa peserta lomba bernama Umbara itu berbahaya, bisa kau ceritakan lebih jelas?" Pinta Gusti Prabu.

"Benar Gusti, saya melihat dengan ilmu Bias Dewa bagaimana ketimpangan tenaga dalam yang dimiliki oleh Umbara  dengan peserta lainnya. Tenaga dalam Umbara jauh lebih tinggi dari peserta lainnya, selain itu dia memiliki kesaktian berintikan racun, dia bisa melapisi seluruh kulitnya dengan racun yang sangat berbahaya jika disentuh" terang Wisnu Dhanapala.

Pangeran Esa Kanagara dan juga Panglima Lesmana mendengarkan penjelasan itu dengan seksama.

"Jadi Priyandhana keracunan, paman?" Tanya Ringgita.

Wisnu menggeleng, "Tidak! Untungnya Umbara tidak melepaskan jurus beracun itu tetapi justru dia melepaskan ilmu yang sanggup melemparkan musuh, ilmu ini sedikit mirip dengan ilmu Iblis Menolak Azab milik mendiang Dewa Iblis, walau tidak sehebat ilmu menakutkan itu"

"Aneh, dari mana anak itu mendapatkan ilmu kesaktian itu?" Heran Satra Dirgantara.

Pangeran Dirgantara segera mengeluarkan perintah, dia adalah penanggung jawab sayembara ini.
"Paman Panglima, tolong segera perintahkan guru dari pemuda Umbara itu untuk datang ke mari menghadapku dengan membawa serta muridnya"

Panglima Lesmana segera bergerak laksanakan perintah. Tak butuh waktu lama Dewi Soraya, Ki Kamandaka serta Umbara hadir di tempat itu. Ketiga orang itu berlutut memberi hormat terlebih dahulu sebelum akhirnya dipersilahkan duduk.

"Tanpa basa-basi, langsung saja saya katakan alasan saya memanggil kalian" Pangeran Esa langsung menegur ketiga orang itu dengan tegas.

Dewi Soraya beranikan diri buat menatap paras pangeran tampan berusia kepala tiga itu, "Duh, gantengnya! Mirip sekali seperti ayahnya. Tunggulah pangeran sayang, kau ada di dalam daftar lelaki yang akan kuajak bersenang-senang" khayal mesum Dewi Soraya.

"Alasan itu ialah, pertama muridmu melanggar aturan sayembara" Pangeran Esa menyambung bicara.

"Maaf pangeran, saya merasa tidak melanggar aturan pertandingan, bukankah kami diperbolehkan buat mengeluarkan aji kesaktian?" Umbara keberatan dengan tudingan Pangeran Esa, dalam hati lelaki ini tak hentinya mencaci Esa Kanagara.

"Kau lupa anak muda, aku sudah menjelaskan tujuan sayembara ini bukan untuk mencelakai atau membunuh, tugas kalian hanyalah membuat lawan jatuh keluar arena atau membuat mereka menyerah" jelas Esa Kanagara lagi.

"Tapi saya tidak melakukan apa-apa Gusti pangeran, justru lawan saya itu yang mendahului menyerang saya" bantah Umbara tidak mau disalahkan.

Saat itu pula Wisnu menimpali, "Dusta! Apa kau pikir aku tidak dapat melihat saat diserang kau mengerahkan ilmu kesaktian yang sangat berbahaya, bisa merusak organ dalam lawanmu, untungnya Priyandhana bertubuh kuat jika tidak bukan mustahil jantungnya pecah"

Umbara menatap tajam kepada Wisnu, lelaki yang dididik untuk keras dan jahat ini balas menatap Wisnu dengan lancang. Namun lelaki itu terkejut ketika melihat sepasang mata Wisnu yang kehijauan itu berkilat-kilat beberapa kali saat menatapnya.

"Kau memiliki kesaktian bernama Selimut Racun dan juga ilmu Melempar Gunung Memecah Kawah. Ilmu kedua itu yang kau gunakan untuk menghantam Priyandhana"

MAWAR DARAH & HALILINTAR BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang