Anggun tidak tahu kenapa semenjak di kotaraja, dia tak dapat melupakan Ramadandi. Pengemis buruk yang pernah ditolongnya itu. Kemari dia menghabiskan waktu bersama Ramadandi melihat-lihat sungai Silau yang mulai dipenuhi hiasan rangakaian janur di tepinya. Bahkan lelaki itu membawa Anggun menyusuri sungai Silau dengan sebuah rakit. Keduanya bercengkrama tanpa canggung.
"Apa yang terjadi padaku? Kenapa aku tidak dapat melupakan Dandi? Padahal siapakah Dandi itu? Dia tidak tampan dan pekerja kasar tapi...." Anggun ubah posisi tidurnya di malam itu, dia gelisah di dalam penginapan. Dia akhirnya membuka jendela buat memandang sang langit berbintang. Ada wajah Dandi yang dilukis oleh bintang-bintang itu diatas sana.
"Dandi orang yang menyenangkan... Dia sederhana, tidak sombong, dan hemmmm berjiwa ksatria, tau menghormati perempuan. Tentu jauh berbeda dengan Lintang yang jelas-jelas mendekatiku" Lamunan Anggun tiba-tiba beralih kepada sang adik, Dhanu. Yang tak jelas rimbanya.
"Astaga, mohon ampun Dewata. Bisa-bisanya saya memikirkan lelaki sementara nasib adik saya belum diketahui" Anggun menyesali lamunannya barusan. Kesedihan kembali menyelimuti batinnya, sedih jika adiknya benar-benar tiada ditelan jurang.
***Sementara itu di istana Rahuning, para tamu pendekar menginap di wisma agung. Namun malam itu Prabu Dygta secara khusus mengajak Nenek Lembah Air Mata, Iblis Pantun, Candrika Dewi, Kandito dan putranya, Priyandhana buat keliling istana.
Tentu saja hal ini menimbulkan kecemburuan di hati Umbara.
"Jahanam, Priyandhana itu benar-benar tahu mencari muka di hadapan Gusti prabu. Seharusnya aku yang diajak keliling istana"Tiba-tiba pintu kamar lelaki ini terbuka, Dewi Soraya masuk ke dalam dan lekas mengunci pintu.
"Ku dengar kau menggerutu seorang diri. Apa yang kau pikirkan murid terkasihku?" Dewi Soraya langsung menghampiri dan mengelus-elus dada Umbara.
"Itu guru, saya tidak menyukai pemuda bernama Priyandhana itu. Dia bisa menjadi batu sandungan saya"
"Kecoa itu buat apa dipikirkan? Biar guru yang membereskan bocah kencur itu" selesai bicara, Dewi Soraya menepukkan tangan tiga kali.
Ruangan itu mendadak dipenuhi asap hitam kelabu berbau amis, begitu asap punah, di tempat itu sudah berdiri berbaris enam orang lelaki bertopeng ular.
"Kalian para hambaku, dengarlah! Cari pemuda bernama Priyandhana, awasi dia, jika ada kesempatan langsung saja kalian habisi""Siap Dewi Ratu" sahut keenam topeng ular serentak, lalu keenam siluman ular itupun lenyap tak berbekas.
"Terima kasih guru" ucap Umbara.
"Cuma terima kasih?" Tantang Dewi Soraya dengan suara penuh nafsu, dia telah menjilati telinga sang murid, sedangkan tangan kanannya menelusup ke balik baju mengusap-usap dada dan perut.
Bahkan dia semakin berani, tangannya telah menelusup ke balik celana Umbara, mencari-cari keberadaan senjata jantan kesukaannya, begitu tersentuh. Langsung saja benda keramat itu dia genggam penuh nafsu.
"Arghhh guru! Kau selalu membuatku tak tahan! Jangan salahkan jika aku akan menyetubuhimu terus menerus"
"Oh silahkan! Dengan senang hati sayang, inilah yang ku mau"
"Dasar binal!" Meski dimaki oleh murid sendiri namun Dewi Soraya tidak marah. Malah dia semakin terangsang akan makian jantan itu.
Bruukk, Umbara meraih tubuh Dewi Ular dan langsung di lempar ke atas ranjang, dengan buru-buru lelaki ini bertelanjang bulat lalu naik ke atas ranjang untuk bersebadan.
Sungguh pemandangan menjijikkan, bagaimana seorang guru justru menjadikan muridnya sebagai pemuas nafsu.
***Esa Kanaraga masih akan terus melamun andai saja Prabu Arya Dygta dan teman-temannya tidak datang menghampiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAWAR DARAH & HALILINTAR BIRU
Fantasy"Hridaya pravahita anugraha" Cinta adalah anugerah yang mengalir dari hati. Lintang Arganata seorang murid cekatan dari padepokan Linggabuana mendapatkan tugas memberikan undangan adu tanding Kanuragan ke Padepokan Kembang Dewa. Di sana Lintang Arg...