Kelopak 27 - Merebut Ksatria

135 23 2
                                    

Dhanu masih tak dapat lepas dari bayang-bayang Gunadi, sudah tiga hari dia mengunjungi makam Gunadi, jika sudah begitu dia bisa seharian menghabiskan waktu di sana, mengoceh seorang diri di tepi makam sambil membelai-belai nisan.

Anggun, seperti semalam ditemani Wiladi berniat mengantar makan siang buat sang adik yang masih berada di makam Gunadi. Pemakaman letaknya sedikit ke tenggara Kotaraja, jika kesana akan melewati pasar Kotaraja. Di tengah perjalanan Anggun berpapasan dengan Lintang, Puspita dan Dharmaji.

Lintang dan Anggun saling pandang, meski belum bersahabat namun keduanya mulai melunak, Lintang tak lagi bersikeras ingin menjadikan Anggun kekasihnya. Dia sudah kalah malu dengan Pangeran Esa.

"Emmmm apa itu?" Tanya Lintang saat melihat keranjang makanan di tangan Anggun.

"Makan siang buat Dhanu," jawab Anggun sewajar mungkin.

Puspita merengut, cepat-cepat dia memegang tangan Lintang, dia takut kalau Lintang kembali mengejar-ngejar Anggun.

"Oh iya bagaimana dengan Dhanu?" Tanya Lintang lagi.

"Hemmm masih sama, dia masih berkabung. Setiap hari selalu mengunjungi makam Gunadi," jawab Anggun lagi.

"Dia baik-baik sajakan?" Lintang sedikit khawatir akan keadaan mantan kekasih mendiang sahabatnya itu.

Anggun menunduk, wajahnya berubah sedih. Puspita langsung ciburkan bibir, dia merasa Anggun sedang bersandiwara untuk menarik perhatian Lintang.

"Adikku sudah tiga hari ini tidak menyentuh makanan. Bahkan bekal ini aku juga tidak yakin apakah akan dimakan olehnya atau tidak," sedih Anggun.

Lintang ulurkan tangannya, "Berikan padaku! Biar aku yang memberikan bekal itu pada adikmu!"

"Tidak! Kau selalu jahat pada adikku!" Tegas Anggun menolak.

"Aku tidak sejahat itu, jika aku jahat tak mungkin aku menolong adikmu saat terperosok ke dalam jurang! Lagipula Dhanu itu adalah..." Hampir saja Lintang keceplosan menyebut Dhanu sebagai kekasih mendiang Gunadi.

Anggun kerutkan dahinya karena tak paham maksud Lintang.

"Sudah, percayakan padaku bekal itu! Jika aku gagal membuat adikmu makan hari ini, maka kau boleh memotong salah satu jari kakiku," tanpa tunggu persetujuan Lintang menyambar keranjang bekal di tangan Anggun dan langsung berlari menuju jalan ke pemakaman.

Anggun dan Wiladi terkejut, sementara Puspita dan Dharmaji cepat mengejar Lintang, namun separuh jalan Lintang membentak dan menyuruh Puspita dan Dharmaji buat tidak mengikuti.

"Tapi kang," Puspita keberatan.

"Tidak ada tapi-tapian! Kau ingin membangkang kakangmu? Dhanu sangat benci padamu! Kau muncul hanya akan bikin riwet saja!" Bentak Lintang pada Puspita dan Dharmaji.

Puspita dan Dharmaji memutuskan mengalah, terlalu bahaya jika membantah Lintang.
Lintang terus menuju pemakaman.

Sepeninggalan Lintang, Anggun dan Puspita saling lempar pandang.

"Sudah dilamar pangeran masih kegatelan cari pacar orang," sindir Puspita pada Anggun.

"Kenapa? Kau iri?" Tak kalah pedas Anggun meladeni.

Panas hati Puspita, ingin melawan takut. Bagaimana jika Anggun mengadukannya pada Pangeran Esa?

"Kau tak usah takut, Lintang bukan seleraku! Lagipula Lintang dibanding Pangeran Esa, jauh lebih baik Pangeran kemana-mana," selesai berucap Anggun beri isyarat pada Wiladi, mengajak kakak seperguruannya itu untuk kembali ke wisma tamu. Tinggallah Puspita yang merasa dongkol sambil menghentakkan kaki ke tanah.
****

MAWAR DARAH & HALILINTAR BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang