Kelopak 33 - Menghajar Maling Hantu

174 28 10
                                    

Memasuki Rumah Hiburan para siluman membuat rombongan yang dibawa oleh Ratu Kameswari terkejut dan terkaget-kaget.

Suara gamelan yang riuh mengalun, di tengah rumah hiburan telah menari beberapa gadis cantik siluman berpakaian serba menantang birahi. Bahkan para perempuan cantik itu seperti sengaja menyibakkan pakaiannya untuk memamerkan aurat.

Kemaksiatan itu tak hanya sebatas itu, bahkan lebih parah. Rumah hiburan itu memiliki beberapa ruang lesehan, dan di dalam tiap ruang lesehan tampak makhluk-makhluk sedang bersenggama tanpa rasa malu sedikitpun karena dapat dilihat orang.

"Tempat apa ini? Benar-benar melanggar norma!" Keluh Pangeran Esa, meski dia berusaha mengalihkan pandangan, namun usahanya sia-sia saja karena kemanapun dia menyorotkan mata maka pemandangan mesumlah yang terlihat. Sebagai seorang lelaki tentu saja darahnya sedikit memanas. Terpaksa dia alirkan tenaga dalam untuk menindih rangsangan birahi itu

Anggun sendiri telah jijik dan jengah, gadis itu melangkah dengan menundukkan wajah. Lintang yang paling terangsang hebat, sudah berulang kali tangannya membenarkan tata letak kejantanannya yang sudah mengeras.
Satu-satunya orang yang tidak terpengaruh adalah Ratu Kameswari.

"Hai si putih cantik, wajahmu secantik Dewi. Ayo kita bersenang-senang, kau pasti akan ketagihan!" Seorang siluman bercawat gembung telah menjawil dagu Sri Kameswari.

Sri Kameswari tentu saja marah, dengan cepat dia meninju wajah lelaki itu hingga berteriak kesakitan. Tulang hidung patah, sedangkan dua gigi depan tanggal. Saat berteriak wajah lelaki itu untuk beberapa kejap berubah bentuk menjadi wajah seekor kera.

Untuk sesaat suasana hening karena semua orang memperhatikan apa yang terjadi. Namun sekejap kemudian orang-orang acuh dan kembali asyik dengan nikmatnya kemaksiatan.

Ratu Kameswari tak dapat bersabar kembali, dia kibas-kibaskan lengan baju, angin bertiup bersiur-siur, tiap siluman kasta rendah yang terkena angin itu serta merta telah tertotok tak dapat bergerak.

"Maling Hantu! Keluar kau!" Gaung perempuan itu dengan garang. Suaranya menggema ke seluruh sudut Rumah Hiburan.

Maling Hantu yang sedang bersenggama di satu lesehan terkejut mendengarnya. Namun karena sedang dilanda nikmat persetubuhan, dia kemudian acuh dan kembali asyik mengayuhkan pinggul.

Sri Kameswari yang jengkel karena tak melihat Maling Hantu akhirnya murka. Kembali dia kibas-kibaskan lengan baju hingga mengeluarkan puluhan sinar putih yang panjang, sinar-sinar itu langsung berubah menjadi ular-ular putih.

"Cari dan seret Maling Hantu!" Titah Ratu Ular Putih itu.

Puluhan binatang melata itu langsung menyebar ke setiap ruang di Rumah Hiburan. Tak lama kemudian ular-ular itu kembali sambil melilit dan menggulung serta menyerat satu makhluk bertelanjang bulat.

"Maling Hantu!" Tegur Ratu Kameswari dengan dingin.

Melihat siapa yang berdiri di hadapannya, nyali Maling Hantu menciut. Dia sudah dapat menebak masalah apa yang sedang dihadapi.

"Katakan! Di mana lelaki yang kau culik kemarin malam?" Bentak Ratu Kameswari.

"Aku, aku tidak mengerti," gugup Maling Hantu.

"Laknat!" Murka Sri Kameswari. Dia tudingkan telunjuk jari kanannya, sebaris sinar putih menyambar, jurus Gelugut Ular Putih.

Maling Hantu yang masih dibelit oleh ular-ular putih berseru kaget, namun dia kemudian buka mulut lebar-lebar, dari rongga mulut itu menyambar keluar sinar hitam pekat. Begitu sinar putih dan hitam saling hantam, bau busuk luar biasa menyebar cepat, dan cratttt sinar hitam itu berhasil menaklukkan sinar putih lalu berubah menjadi cairan yang muncrat ke sana kemari.

MAWAR DARAH & HALILINTAR BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang