Kelopak 63 - Mawar Yang Ternoda

147 15 9
                                    

Dhanu telah terkena ajian Halilintar Biru Langit Ke Satu yang memiliki daya melumpuhkan badan.
Lelaki itu kini terbaring tanpa daya di atas tanah. Lintang menatapnya dengan tatapan buas. Dhanu merinding.

"Apa, apa yang akan kau lakukan?" Cemas Dhanu.

Lintang menyeringai, memamerkan senyumnya yang licik.
"Dhanu, kau tadi menghina dan terus-terusan menyudutkanku. Kau sebut aku najis, kau sebut aku lelaki haus birahi. Baik, ku akui itu! Hari ini kita berdua akan jadi sama-sama najis, akan menjadi sama-sama lelaki haus nafsu."

Pucatlah wajah Dhanu, sekujur tubuhnya menggigil.
"Menjauh! Pergi kau, Lintang!"

Lintang hanya tertawa angker, lalu dengan sekali melompat dia telah hinggap di depan Dhanu yang berbaring. Lintang berdiri dengan mengangkangi tubuh Dhanu tepat di pinggang.

Lintang tersenyum penuh nafsu, dia menanggalkan pakaian satu persatu. Dhanu kerahkan tenaga dalam untuk mengusir hawa sakti yang membuatnya lumpuh namun sia-sia.
Plukk! Tahu-tahu celana dalam Lintang telah jatuh di sebelah wajah Dhanu.

Dhanu melotot menyaksikan tubuh telanjang yang mengangkang di atas tubuhnya. Ingin rasanya dia menendang selangkangan Lintang. Namun dia benar-benar tidak berdaya. Dhanu lekas pejamkan mata.

"Kenapa kau tutup matamu itu, sayang? Bukankah kau juga menyukaiku? Bukankah kau pernah bilang takut kesepian dan ku tinggalkan? Tenang saja, sayang! Hari ini akan ku buat kau tak kesepian lagi!"

Dhanu berteriak tatkala merasa Lintang menyentuh dagunya, dia semakin erat pejamkan mata. Lintang mulai merunduk dan mendaratkan ciuman di bibir Dhanu.

"Bibirmu lembut, Dhanu. Nikmat sekali buat dicium!"

"Lintang setan! Singkirkan tubuhmu! Kau keparat! Kau busuk! Aku tidak sudi tubuhku kau sentuh!"

Plakk! Lintang menampar pipi Dhanu hingga yang ditampar berseru sakit.
"Kau juga lacur, Dhanu! Kau jijik saat ku sentuh, tapi tak jijik saat ditiduri Gunadi, tak jijik saat dipeluk dan diciumi oleh Giri! Kau lebih murahan! Mau disentuh oleh banyak lelaki. Bukan hanya mereka berdua yang ingin menyentuhmu, Dhanu! Tapi aku juga. Akan ku buktikan jika aku mampu melakukannya jauh lebih baik dari Gunadi maupun Giri."

Air mata Dhanu pun merembes, ucapan Lintang barusan benar-benar menampar nuraninya. Benarkah dia semurahan itu? Lintang dengan terburu-buru mempreteli pakaian yang melekat di tubuh Dhanu. Dengan dada berdebar-debar Lintang mencopot lembar kain terakhir di tubuh Dhanu. Akhirnya cawat itu melayang di udara dan jatuh di atas semak belukar. Lintang benar-benar melakukannya, lelaki itu benar-benar memperkosanya.

"Dewata Agung, tolong hambamu ini!"  Ucap Dhanu dengan suara parau, tubuhnya telah ditelangkupkan dan ditindih dengan kasar oleh Lintang.
Lelaki berkesaktian petir itu sedang menikmati menyatunya tubuh mereka. Pemuda itu semakin mempercepat genjotan pinggulnya.

"Sri Kanti! Sri Katon! Di mana kalian?" Dhanu meneriakkan dua nama perempuan yang selama ini menjadi pelindungnya. Dua anak buah Ratu Kameswari, siluman ular putih. Namun yang dipanggil tak kunjung datang. Air mata Dhanu pun merembes.

"Ah, Dhanu sayang! Pantatmu benar-benar enak! Jauh lebih nikmat dari lubang Puspita, aku menyukainya." Lintang terus menggenjot sambil menindih dan menggigit-gigit punggung Dhanu. Yang disetubuhi terus meronta, perih menjalar di sekujur badan akibat bergesekan dengan tanah, ranting dan bebatuan yang kasar. Darah mulai mengucur.

"Sakit, hen-hentikan!" Ucap Dhanu dengan tertatih. Lintang menggaulinya dengan brutal dan tanpa timbang rasa. Yang Lintang pedulikan cuma satu, dia ingin menyetubuhi Dhanu dengan seganas dan segagah mungkin.
*****

Lintang duduk mematung dengan bertelanjang. Di sebelahnya Dhanu masih tengkurep. Tubuh Dhanu telah kotor oleh tanah dan keringat, ada darah yang mengalir di sela-sela pahanya yang mulus. Darah yang berasal dari luka yang disebabkan permainan kasar dan liar yang bertubi-tubi dilakukan oleh Lintang.

MAWAR DARAH & HALILINTAR BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang