Kelopak 35 - Telaga Ayurupa

214 24 14
                                    

Dhanu takjub, Giri membawanya mendarat disebuah pedataran rumput di puncak sebuah bukit, yang indah ialah di atas bukit itu ada sebuah telaga berbatu dan berair bening. Indah sekali, apalagi sinar purnama yang cerah turut terpantul di bayangan air.

"Indahnya!" Takjub Dhanu.

"Ini pesanggrahan kesukaanku disaat jenuh." Ucap Giri.

Dhanu mengedarkan pandangan ke penjuru Padang rumput ini, dia rentangkan tangan berputar-putar menikmati tiupan sepoi angin malam, dingin tapi Dhanu suka.

"Malah joget! Mandi sana! Kau lupa tadi kencing belum cebok!"

Diingatkan hal itu lagi membuat Dhanu kembali malu, namun dia enggan mandi.
"Kau bego atau bagaimana? Malam dingin begini kau suruh aku berendam di dalam telaga?"

"Biar hangat kita mandi sambil berpelukan!" Tawar Giri.

"Burung mesum!" Semprot Dhanu penuh sewot.

Giri tersenyum, belum pernah dia sebahagia ini saat sedang bersama seseorang.
"Kau mau mandi tidak?"

"Tidak! Tidak! Tidak!" Tolak Dhanu.

Giri kemudian tegak kukuh dihadapan Dhanu. Lelaki ganteng itu kemudian tudingkan jari ke badan Dhanu. Dhanu tak mengerti apa yang sedang dilakukan oleh Giri. Ketika jari itu menjentik, breett! Baju atas Dhanu tiba-tiba robek dan terbuka.

Dhanu semakin menggigil, dia peluk dada telanjangnya dengan kedua tangan.

"Mandi tidak?" Tanya Giri lagi.

Dhanu menggeleng.

"Keras kepala!" Giri tudingkan jarinya lagi ke arah celana Dhanu, dia menjentik, seperti yang terjadi terhadap baju tadi, maka celana Dhanu juga robek-robek dan lepas.

Dhanu tegak bercelana dalam saja.
"Elang jalang! Kau mau menelanjangiku?"

Giri tertawa, dia arahkan jarinya lagi ke sempak Dhanu.
"Sekarang cawatmu!"

"Bangsat!" Dhanu langsung kabur menyebur ke telaga sambil menyumpah serapah.

Giri cuma bisa tertawa namun cuma sekejap, tawa itu pupus dan berganti dengan tatapan kagum. Giri terkesima akan indahnya tubuh Dhanu saat sedang mandi di dalam telaga. Lelaki ini tak dapat menahan diri lagi, diapun turut mempreteli pakaiannya. Dhanu terkejut dan berdebar, dia ingin memaki namun pemandangan gagah di depan mata itu benar-benar membuatnya buta akal. Dia justru menikmati kegagahan yang tercetak di tubuh Giri.

Lutut Dhanu pun goyah tatkala kain penutup tubuh terakhir di selangkangan Giri telah lepas dan Giri pun telah melompat masuk ke dalam telaga yang sama.
***

Kedua lelaki itu selesai mandi, kini keduanya duduk di atas batu besar sambil memandangi rembulan. Tak ada terjadi percintaan di dalam telaga tadi, paling hanya sentuhan dan juga pelukan. Keduanya masih dalam keadaan bugil di atas batu itu, hanya Dhanu yang sedikit tertutup karena memakai cawat basah.

"Kau tahu nama telaga ini?" Tanya Giri pada Dhanu.

Dhanu menggeleng.

"Namanya Telaga Ayurupa."

Dhanu menyebut ulang nama telaga itu.
"Nama yang aneh."

"Dulu, ada seorang peri wanita di khayangan yang selalu jadi bahan tertawaan dan ejekan di kaumnya yang serba tampan dan cantik itu. Karena parasnya yang buruk rupa dia jadi dikucilkan," Giri mulai bercerita.

"Terus?" Dhanu tertarik akan cerita itu.

"Meski jelek namun dia baik hati. Suatu hari saat sedang menyendiri di sebuah hutan negeri khayangan dia melihat ada seekor elang yang terluka sayapnya. Elang itu jatuh di bawah sebuah pohon."

MAWAR DARAH & HALILINTAR BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang