Kelopak 15 - Pertemuan Para Sahabat

125 18 0
                                    

Priyandhana tidak mengerti mengapa tiba-tiba saja dia sudah dikelilingi enam manusia bertopeng ular dan memakai jubah hitam. Padahal jelas-jelas dia tadi berlari karena menghindari amukan perempuan yang menabraknya.

Kini sosok perempuan itu tidak kelihatan lagi, eh malah berganti dengan enam sosok misterius. Ditambah lagi saat itu dia berada di satu jalan sepi di bagian tenggara kota raja, salah satu jalan menuju kawasan pemakaman. Jiwa pendekar Priyandhana langsung terusik, dia sadar akan bahaya, maka diapun waspada.

"Siapa kalian?" Bentak lelaki gagah ini, meski umurnya barulah 18 tahun namun wibawa pendekarnya mulai tampak.

"Kau tak layak banyak tanya anak muda, kami jawab pun percuma karena sebentar lagi kau akan jadi bangkai," jawab seorang lelaki topeng ular, dia beri isyarat kepada teman-temannya untuk menyerang.

Enam tangan terulur, di masing-masing tangan tergenggam cambuk yang ternyata berupa ular-ular panjang berwarna hitam dengan kepala sebagai ujungnya.
Keenam lelaki telah bergerak menyerang, Sambaran cambuk-cambuk pun berkiblat dengan ganas.

Priyandhana melompat hindari cambukan yang mengarah ke kaki, cambuk itu lewat setengah jengkal dari telapak kaki, namun dari belakang menyambar pula cambuk lain mengarah ke leher. Priyandhana terpaksa menunduk sambil condongkan badan ke depan, namun kaki di sodokkan ke belakang.

"Bukk" dia berhasil menendang lelaki topeng yang menyerang dari belakang tadi.

"Sringg" pedang Priyandhana sudah terlepas dari sarungnya, ada percikan api yang keluar menyertai tercabutnya senjata itu dari sarung.

"Tranggg!" Priyandhana menangkis satu kepala cambuk dengan babatan pedang. Lelaki ini terkejut karena tak menyangka cambuk yang jelas-jelas berupa ular itu tidak terbabat putus, sisik-sisik ular itu ternyata keras seperti baja. Namun lelaki ini lega, meski tak berhasil memutuskan leher ular cambuk, namun sanggup membuat cambuk itu mental.

Satu cambuk kembali berkiblat membidik dada Priyandhana. Priyandhana lagi-lagi pergunakan pedang buat menghalau, namun dia tertipu, dia pikir pedangnya akan kembali berhasil mementalkan cambuk. Namun kali ini cambuk ular itu bergetar meliuk-liuk, dan tring tring, cepat sekali cambuk itu telah membelit badan pedang dan wusss laksana kilat kepala ular cambuk itu mematuk pergelangan tangannya yang menggenggam pedang.

Priyandhana seketika berteriak kesakitan, tangannya langsung panas seperti dipendam dalam bara, pedangnya lepas. Dia jadi lalai, enam cambuk kembali menyambar ke beberapa bagian tubuh, lelaki ini benar-benar diujung maut.

Namun saat itupula dari balik satu pohon melesat selusin benda aneh berwarna jingga, benda-benda berwarna jingga itu ternyata bunga anggrek yang berkat saluran tenaga dalam berhasil menjelma menjadi senjata rahasia mematikan

Satu orang yang melibaskan cambuk berhasil roboh karena lehernya tertembus bunga anggrek itu. Dua cambuk lainnya berhasil terpental karena dilabrak enam buah senjata rahasia anggrek itu, namun tiga cambuk sisanya masih terus menderu mengancam nyawa Priyandhana karena bunga-bunga anggrek senjata rahasia itu gagal mengenai sasaran..

Wajah Priyandhana menjadi pucat, dia benar-benar diambang kematian, namun ternyata umurnya masih panjang, karena detik itu juga menyambar cepat enam buah benda kehijauan, begitu cepat dan hebatnya enam benda hijau itu langsung amblas masing-masing dua ke dalam mulut ular-ular cambuk itu. Tiga kepala ular meliuk-liuk kelojotan karena ditembus masuk senjata rahasia berwarna hijau tadi. Tiga ular cambuk itu kini lemas diam tak berkutik.

"Saudara, kau tidak apa-apa?" Satu bayangan jingga berlari dapati Priyandhana yang sudah jatuh tersungkur kena racun ular. Dia adalah Ringgita.

Lima topeng ular yang masih hidup menggereng marah, tugas membunuh Priyandhana gagal karena pertolongan orang. Mereka yakin selain si gadis baju jingga ada orang lain yang turut campur namun belum kelihatan.

MAWAR DARAH & HALILINTAR BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang