Kelopak 54 - Menyusup Ke Puri Rembulan

116 16 0
                                    

Giri Prawara dan Putri Cempaka berhasil mencapai negeri Megapura, namun kedua orang itu berseru kaget karena dapati diri mereka telah dikelilingi sejumlah prajurit jaga, saat Putri Cempaka melirik ke arah istana terkejutlah dia saat melihat keberadaan sang ayah, Raja Peri. Di sebelah pemimpin Megapura itu juga tegak berdiri Ratu Peri, sang ibu, juga tak ketinggalan Pangeran Chandra.

Putri Cempaka telan ludahnya yang berubah pahit, "Ayahanda!"

"Cempaka! Kau melanggar aturan! Tak seorang peri pun diperbolehkan menuju negeri manusia tanpa izin ayah!" Bentak Raja Peri dengan keras.

"Ayah, saya...saya..." Putri Cempaka gugup, jelas sekali dia merasa takut.

Tiba-tiba Giri Prawara jatuhkan diri berlutut, "ampuni hamba gusti prabu, ampuni juga gusti putri! Sesungguhnya sayalah yang memaksa gusti putri ke dunia manusia. Saya tertarik untuk melihat keindahan dunia manusia yang serba hijau dan asri itu."

Raja Peri tertegun, diam-diam dia memuji sikap bertanggung jawab Giri Prawara itu.

"Tidak ayahanda! Sayalah yang membawa Giri Prawara menuju dunia manusia!" Putri Cempaka membela Giri Prawara.

Ratu Peri memegang lengan sang suami, "Kanda, maafkanlah mereka! Mungkin mereka penasaran."

"Megapura tak kalah indah dan penuh dengan pemandangan alam yang menakjubkan. Bangsa peri memiliki tugas dan dunianya masing-masing. Peraturan tetaplah peraturan, karena kalian melanggar aturan maka kalian tetap akan dihukum." Tegas Raja Peri.

Merindinglah Putri Cempaka mendengarnya, biasanya hukuman bagi peri yang pergi ke dunia manusia tanpa izin ialah diikat tergantung secara terbalik, kaki di atas dan kepala di bawah dengan waktu setengah harian.

"Kanda, mereka hanya sebentar memasuki dunia manusia." Ratu Peri masih mengusahakan keringan hukuman.

"Baiklah, kalian tidak akan digantung. Sebagai gantinya ialah..." Raja Peri memutus ucapannya sebentar, kemudian dia menyambung, "ke mari kalian berdua!"

Giri bangkit dari simpuhnya, bersama Putri Cempaka dia mendekati Raja Peri.

"Sekarang kalian berdiri saling berhadapan!" Titah Raja Peri lagi.

Giri dan Cempaka patuhi perintah itu, keduanya berdiri tegak saling berhadapan.

Raja Peri mulai komat kamit merapal satu aji kesaktian. Giri dan Cempaka terkejut saat merasakan sepasang kaki mengeras mematung tak dapat di gerakkan. Keduanya tegak seolah terpaku ke tanah.

"Kalian tegaklah berdiri di sini sampai esok pagi, tanpa makan! Tanpa minum! Jika ada yang menolong mereka berdua maka sebagai hukumannya mereka yang akan menggantikan posisi kedua orang ini." Selesai jatuhi hukuman, Raja Peri pun meninggalkan tempat itu, diikuti oleh para prajurit lainnya. Ratu Peri menatap iba pada sang putri, namun dia tak dapat berbuat apa-apa.
****

Tebing Hantu adalah tempat rahasia, letaknya di dunia ghaib, tepatnya di perbatasan Kerajaan Ular Putih dan Kerajaan Naga Danau. Untuk sampai ke Tebing Hantu harus melalui jalan masuk yang terputus oleh sebuah jurang dalam yang terbentang. Ada sih sebuah jembatan, namun jembatan itu tak berarti. Karena jembatan itu menembus kabut putih yang pekat, selain itu konon dari dasar jurang di mana jembatan itu berada, sewaktu-waktu angin kencang laksana topan berhembus. Mementalkan apa saja yang melintas di atas jembatan.

Di Tebing Hantu inilah terletak makam seorang pendekar sakti mandraguna yang hidup seribu tahun silam, pendekar itu berjuluk Pendekar Pahit Lidah. Kesaktiannya luar biasa, dia sanggup menghajar lawan-lawannya hanya dengan ucapan yang keluar dari bibir. Bisa mengutuk seseorang menjadi patung batu, menjadi seekor anjing, putus tangan maupun anggota tubuh lainnya. Sudah banyak korbannya. Kesaktian yang benar-benar menakutkan. Pada masanya, Pendekar Pahit Lidah adalah pendekar paling sakti, siapa saja yang berani melawannya jangan harap bisa selamat. Orang akan lebih suka dikutuknya menjadi mati, daripada dikutuk menjadi makhluk cacat terlebih lagi menjadi binatang.

MAWAR DARAH & HALILINTAR BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang