Cipta Reksa, lelaki yang baru saja menjadi ketua perguruan Kembang Dewa tiba di rumah setelah menempuh perjalanan pulang yang panjang dari Bukit Berduri.
Seluruh penghuni padepokan menyambut kepulangan pemimpin mereka itu dengan suka cita, meski akhirnya heran karena sang ketua pulang tidak seorang diri, melainkan dengan menggendong seorang bayi yang sepertinya masih berusia kurang dari sebulan.
"Cepat panggil nyai guru!" Perintah Cipta Reksa.
"Baik guru!" Ucap seorang murid.
Namun belum sempat murid itu jalankan perintah, Nyai Jinggan sang istri telah tiba menyambutnya sembari membawa secangkir air pelepas dahaga. Reksa cepat meneguk isi cangkir itu hingga ludes.
"Bagaimana kakang? Ketemu obat untuk Anggun?" Tanya Nyai Jinggan. Karena khawatir akan penyakit Anggun, wanita ini belum ngeh jika sang suami sedang membawa seorang anak bayi laki-laki. Perempuan ini terlalu memikirkan obat untuk anaknya.
Reksa tersenyum.
"Ketemu nyai, bahkan tak hanya itu. Kita juga mendapat karunia tambahan dari Dewata" Reksa angsurkan keranjang bayi dari rotan yang sedang digendongnya ke hadapan Jinggan.Nyai Jinggan bulat lebarkan mata,
"Anak siapa kakang?" Seru wanita ini kaget namun juga bahagia. Memang perempuan ini sudah dinyatakan oleh seorang tabib tidak akan dapat memiliki anak lagi setelah melahirkan Anggun. Jinggan meraih sosok mungil itu dan menggendongnya dengan bahagia."Nanti saja kanda cerita, lekas kita obati Anggun" ajak Cipta Reksa.
Kedua suami istri itu diikuti dengan beberapa murid segera menuju kamar dimana sang anak yang bernama Anggun tengah diperiksa oleh seorang tabib.
"Anggun!" seru lelaki ini. Gadis cilik 2 tahun itu masih terbaring lemah dengan wajah berbelang tiga warna, bahkan warna itu telah merambat turun ke kedua lengan dan perut.
Ki Simba, sang tabib menatap Reksa dengan seksama. Reksa tau arti tatapan itu, lelaki ini segera keluarkan Duri Tiga Warna yang di dapatnya di Bukit Berduri.
Ki Simba mengucapkan syukur kepada yang maha kuasa. Ki Simba cepat meraih duri aneh itu lalu di rendam ke dalam air yang sudah dijampai. Air itu diminumkan ke mulut Anggun yang sedang tergeletak tak sadarkan diri. Sisanya digunakan buat membalur sekujur tubuh Anggun.
Keajaiban Dewata terjadi, sekujur tubuh Anggun pancarkan sinar warna-warni yang indah disertai asap tiga warna berbau aneh.
Reksa dan Jinggan sama cemasnya, kedua mulut suami istri ini tak henti-hentinya berkomat-kamit memanjatkan doa demi kesembuhan Anggun.Saat asap itu pupus, keadaan Anggun benar-benar sembuh. Kulitnya yang belang kembali ke warna asalnya, yakni putih lembut kekuningan. Sepasang matanya juga turut terbuka.
"Ayah.." panggil Anggun dengan suara cadel.
"Oh anakku, kau sudah sembuh. Terima kasih Dewata, terimakasih" lekas lelaki ini memeluk sang putri dengan begitu eratnya.
Beberapa murid dan juga sang tabib memandang penuh haru, Jinggan juga tak sabar buat mencium anaknya.
"Dik" tiba-tiba mulut Anggun yang masih cadel itu menyebut adik sambil melihat kepada bayi lelaki di gendongan sang ibu.
"Iya sayang, dia akan jadi adikmu" Reksa mengusap rambut Anggun.
Anggun tampak senang sekali, dengan langkah terseok dia mendekati ibunya, memeluk lutut perempuan itu lalu menarik-narik kain Jarit di pinggang ibunya. Dia ingin melihat adik barunya.
Tampaknya Anggun suka akan bayi itu.
Malamnya barulah Reksa menceritakan semua kisah perjalanannya dalam mencari obat hingga menemukan Duri Tiga Warna dan juga bayi lelaki ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAWAR DARAH & HALILINTAR BIRU
Fantasy"Hridaya pravahita anugraha" Cinta adalah anugerah yang mengalir dari hati. Lintang Arganata seorang murid cekatan dari padepokan Linggabuana mendapatkan tugas memberikan undangan adu tanding Kanuragan ke Padepokan Kembang Dewa. Di sana Lintang Arg...