"Apa? Dhanu hilang?" Kaget Ki Cipta Reksa, baru sehari setelah Dhanu pergi ke makam Gunadi diam-diam, kini di pagi buta saat orang-orang baru bangun tidur, dia sudah mendapat kabar tak enak itu dari Wiladi yang tidur sekamar dengan Dhanu.
"Wiladi! Kau satu kasur dengannya, masakan kau tidak sadar kalau Dhanu menghilang?" Cemas Nyai Jinggan, dia memarahi Wiladi dengan halus.
"Maafkan saya nyai guru, saya terlalu dilelapkan tidur, saya sudah mencari-cari adi Dhanu ke seluruh penjuru wisma, namun dia tidak ada," jawab Wiladi dengan penuh sesal.
"Mungkin dia pergi ke makam Gunadi," sela Anggun. Bahkan perempuan ini lekas ke luar wisma, menarik seekor kuda milik prajurit. Dengan kuda itu dia akan mencari Dhanu ke pemakaman.
Berita menghilangnya Dhanu ternyata tersebar cepat hingga sampai ke telinga pihak istana. Semua orang pun bergerak mencari-cari lelaki bertopeng bunga itu. Bahkan para prajurit telah diperintahkan mencari ke seluruh kotaraja dan desa-desa terdekat.
Hampir tengah hari Anggun kembali dengan wajah lesu, bahkan buat menambatkan kuda saja dia tak sempat, dia menangis.
"Ibu, adi tidak ada di pemakaman, juga di pasar. Saya sudah mencari-cari ke seluruh tempat yang biasanya didatangi adi Dhanu, tapi dia benar-benar menghilang"
Anggun gigit bibirnya karena khawatir yang luar biasa, sedikit banyaknya dia mengetahui jika adiknya itu tengah menjadi incaran orang-orang jahat, bagaimana jika ada yang menculik Dhanu dan melukainya.
Ratu Kameswari tiba bersamaan dengan rombongan Prabu Arya Dygta dan Danum Suarga. Ratu Kameswari tak kalah kaget mendengar kabar itu, bahkan di ruang di mana mereka sedang berkumpul perempuan ini berteriak.
"Sri Kanti, Sri Katon! Di mana kalian?" Ratu Ular Putih itu memanggil kedua anak buahnya.
Ratu Kameswari membeliakkan mata, tak seperti biasanya di mana anak buahnya selalu datang saat dipanggil, namun kali ini tidak.
Ratu Kameswari geram, dia kibas-kibaskan lengan baju putihnya yang panjang hingga menebarkan sinar putih dan juga kabut. Begitu kabut musnah di lantai tampak sosok Sri Kanti dan Sri Katon dalam keadaan pingsan dengan hidung dan bibir lelehkan darah.
Ratu Kameswari kebutkan ujung lengan bajunya dua kali berturut-turut, dua sinar putih melesat dan menyapu kedua wajah anak buahnya.
Sri Kanti dan Sri Katon pun tersadar, dua anak buahnya itu batuk-batuk semburkan darah.
"Apa yang terjadi?" Tanya sang Ratu.
Perhatian semua orang langsung tertuju pada dua gadis cantik berbaju serupa itu.
"Ampun ratu! Sesuai perintah, kami selalu menjaga dan mengikuti pangeran ke manapun dia pergi. Namun tadi malam saat kami berjaga-jaga di luar kamar pangeran, tiba-tiba ada bayangan hitam yang cepat sekali, makhluk bayangan itu sakti sekali. Kami tak kuasa melawan, bahkan dibuat tak mampu bergerak. Saat mencoba melawan totokan sakti dengan tenaga dalam kami malah merasa tubuh kami sakit luar biasa, darah seakan mengalir sungsang. Kami muntah darah dan pingsan. Makhluk itu membawa kabur pangeran," jelas Sri Katon dengan suara terbata-bata.
"Kami lalai, kami siap menerima hukuman!" Ucap Sri Kanti pula.
Brakkk, Ratu Kameswari menghentakkan kakinya, beberapa petak ubin lantai retak seribu. Perempuan ini benar-benar dilanda amarah.
"Ratu, mungkinkah itu ulah Dewi Ular?" Tanya Ki Cipta Reksa.
Ratu Kameswari tak serta merta menjawab, dia pejamkan mata dengan dua telapak tangan di satukan di depan dada, hidung kembang kempis karena menghirup udara dalam-dalam seolah-olah sedang membaui sesuatu. Terasa wisma bergoncang kecil, bahkan seluruh lantai dan juga dinding wisma dipijari sinar putih bergemerlap.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAWAR DARAH & HALILINTAR BIRU
Fantasy"Hridaya pravahita anugraha" Cinta adalah anugerah yang mengalir dari hati. Lintang Arganata seorang murid cekatan dari padepokan Linggabuana mendapatkan tugas memberikan undangan adu tanding Kanuragan ke Padepokan Kembang Dewa. Di sana Lintang Arg...