Kelopak 38 - Lepas Kendali

118 15 0
                                    

"Dari mana saja kalian?" Tanya Dhanu begitu Giri dan Lintang tiba di taman, sudah dari tadi dia mencari kedua orang itu. Dhanu menatap dengan teliti keadaan kedua orang itu.

"Habis jalan-jalan dan bersenang-senang sedikit," jawab Giri sambil melirik Lintang. Lintang masih pasang wajah ketus.

"Dia tidak kurang ajar padamu kan?" Dhanu memandang curiga pada Lintang.

Giri tertawa, "Memangnya dia bisa berbuat apa padaku"

"Giri! Kau kelewat menyepelekanku!" Lintang tidak terima terus menerus direndahkan.

"Oh ya? Kau lupa kalau aku tidak menolongmu tadi mungkin kau sudah mati tenggelam," sindir Giri.

"Lebih baik aku mati daripada harus kau tolong!" Ketus Lintang, sepasang matanya menatap tajam pada Giri.

"Memangnya kalian berbuat apa tadi?" Selidik Dhanu.

"Dia menantangku! Hampir dia binasa!"

"Enak saja! Aku belum kalah!" Bantah Lintang habis-habisan.

"Tapi kau tidak apa-apa kan, Giri?" Dhanu malah mengkhawatirkan Giri, bahkan Dhanu sudah membolak-balik tubuh Giri untuk memastikan tak ada luka di tubuh pria itu. Karuan saja hal itu membuat Lintang semakin mendongkol.

"Aku tidak apa-apa, Dhanu! Terima kasih sudah menghawatirkanku!" Ujar Giri, dia membelai topeng bunga di wajah Dhanu.

"Dhanu!" Teriak Lintang.

"Apa?" Sahut Dhanu pendek.

"Begitu ternyata tabiatmu! Lupa pada teman lama saat mendapatkan teman baru!" Protes Lintang dengan keras.

"Aku tidak lupa padamu, aku khawatir pada Giri karena aku tahu sifatmu yang sok jago dan suka menantang orang itu!"

"Tapi aku yang terluka! Bukan dia!"

"Lho, tadi katanya kau tidak kalah. Berarti kau baik-baik sajakan?" Ucap Dhanu dengan enteng. Dia perhatikan tubuh Lintang, memang ada luka lecet, bahkan Lintang tidak memakai pakaian, hanya memakai lilitan kain di pinggang.

"Kau, bisa tidak lebih menghargaiku sedikit! Sudah, sekarang bantu aku! Berikan aku kainmu!" Pinta Lintang pada Dhanu.

Dhanu meski jengkel menuruti permintaan itu, dia lepas kain selempang berwarna merah di bahunya, lalu kain itu diserahkan pada Lintang.

Dengan terburu-buru Lintang terima kain itu, dia melilitkan benda itu ke pinggangnya lalu dengan lekas menanggalkan lilitan kain sebelumnya, selempang kain milik Giri.

"Ini aku kembalikan! Kainmu buruk! Bikin gatal! Pasti banyak kutunya!" Enak saja Lintang lemparkan kain itu ke wajah Giri. Untung saja Giri sempat mengelak.

"Lintang! Jangan kurang ajar!" Marah Dhanu.

Lintang cuma berdecih lalu tanpa pamit langsung pergi, dia ingin kembali ke rumah tamu kehormatan.

"Dia kenapa sih?" Heran Dhanu.

"Segamblang itu kau tak dapat menebaknya?" Tanya Giri.

Dhanu menggeleng sambil mengepal-ngepalkan tangan.

"Dia cemburu padaku," ujar Giri.

"Hah? Kau ngacok! Jelas-jelas dulu Lintang suka pada yunda Anggun, bagaimana bisa jadi suka padaku?"

"Cinta tak dapat ditebak, Dhanu! Sama seperti cintaku padamu!"

Mendengar jawaban Giri, mendadak Dhanu merasakan hatinya bergetar. Apalagi tiba-tiba Giri menariknya jatuh ke dalam pelukan.

"Aku kangen padamu, Dhanu!" Bisik Giri di telinga Dhanu.

"Giri, aku....aku...aku...masih bingung,"

Giri tertawa kecil, "Maaf, tapi jangan pernah larang aku buat memelukmu! Sebentar lagi kau akan pulang ke duniamu. Aku tak akan bisa memelukmu lagi seperti sekarang."

MAWAR DARAH & HALILINTAR BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang