Kelopak 30 - Taruhan Aneh Lintang

176 22 1
                                    

Kedok Dewi Ular sebagai Dewi Soraya telah terbongkar, kini bersama sang suami, Ki Kamandaka, perempuan mahajahat itu sedang bersembunyi di tempat persembunyiannya. Perempuan ini mengerang kesakitan karena cedera di tulang punggung akibat dihantam moncong ular putih raksasa jelmaan sang adik. Ki Kamandaka membantu mengobati Dewi Ular.

"Sekarang kita tidak dapat berkeliaran dengan bebas, Dewi! Aku yakin pihak kerajaan beserta para pendekar sudah mengenali dan berjaga-jaga buat meringkus kita," ujar Ki Kamandaka setelah berhasil mengurut punggung sang istri.

Dewi Ular dengan bertelanjang dada masih berbaring menelungkup, perempuan sakti ini sedang menyempurnakan pengobatan sang suami dengan alirkan tenaga dalam.

"Aku tak menyangka kemampuan adikku sudah sehebat itu. Mustika ular di keningnya sangat berbahaya. Tunggu saja Wari! Aku akan merebut mustika itu karena seharusnya akulah yang paling berhak mewarisi kerajaan ular alam ghaib," Dewi Ular menyeringai licik.

"Apa rencanamu selanjutnya, sayang?" Ki Kamandaka ikut duduk di sebelah pembaringan Dewi Ular.

"Tentu saja merebut kembali anak kita! Aku dapat merasakan kekuatan dahsyat di dalam diri anak kita itu. Jika kita berhasil menariknya ke haluan kita, buka mustahil dia bisa menjadi pendekar andalan kita buat menaklukkan dunia persilatan," jawab Dewi Ular.

"Sepertinya usaha kita kali ini akan menemui kesulitan. Anak kita dikelilingi dan dijaga oleh para pendekar kelas satu," keluh Ki Kamandaka.

Dewi Ular mengangguk setuju, "Betul, kita harus temukan cara untuk menjadikan anak kita itu menurut pada kita. Sepertinya kita butuh sekutu baru."

"Siapa?" Penasaran Ki Kamandaka.

Dewi Ular tersenyum, "Aku jadi teringat pada beberapa teman lamaku di dunia siluman. Mereka pasti mau membantu mendapatkan anak kita itu."
*****

Meski telah dilarang buat keluar wisma sendirian, tetapi Dhanu yang memang tidak ingin diusik kebebasannya tetap membandel, hari itu diam-diam dia kabur dari wisma buat mengunjungi makam Gunadi.

"Jangan khawatir, Anggun! Aku yakin Dhanu ada di makam Gunadi, dia selalu ke sana saat sedang merasa sepi. Aku akan menyusulnya!" Ucap Lintang saat tak sengaja berpapasan dengan Anggun dan Wiladi yang sedang mencari Dhanu di pasar.

Lintang bergegas menuju pemakaman sambil mengunyah beberapa buah pergedel yang sempat dibelinya dari seorang simbok, dia juga membawa beberapa buah cabai buat menambah rasa pedas di pergedel itu.

Tiba di pemakaman Lintang terperangah melihat Dhanu sedang di kelilingi anak-anak yang mengejek lelaki bertopeng itu.

"Orang gila! Orang gila!" Teriak anak-anak itu sambil mengelilingi Dhanu yang tampak acuh. Dhanu sedang memanjatkan doa di tepi makam Gunadi.

"Orang gila, main di kuburan!" Teriak anak-anak itu sambung menyambung.

Melihat hal itu Lintang jadi marah, "Hei bocah-bocah nakal! Apa yang kalian kerjakan hah?"

Melihat kemunculan Lintang, anak-anak itu bukannya takut, malah ikut julurkan lidah pada Lintang.

"Temannya orang gila! Temannya orang gila!"

Lintang kelabakan juga ikut dikatai begitu.
"Dasar bocah tengik!" Makinya pada anak-anak itu. Lintang kerahkan tenaga dalam berkadar rendah, dengan kesaktiannya dia berhasil membuat anak-anak itu tak bergerak karena kena totokan jarak jauh yang begitu lihai.

Anak-anak nakal berjumlah tujuh orang itu terkejut karena tak dapat bergerak dan bebicara lagi. Mulut mereka cuma bisa ber ah ah uh uh. Mirip seperti suara monyet.

Lintang berjalan mendekati barisan anak-anak itu.

"Apa yang akan kau lakukan?" Tanya Dhanu yang baru saja selesai berdoa.

MAWAR DARAH & HALILINTAR BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang