Satu Bab dulu ya? Entar bab lainnya nyusul. Ini untuk menemani malam minggu kalian para jomblo di rumah (Sama seperti saya 😅)
****Hanggara, ksatria arwah yang bertugas menjaga Tebing Hantu kembali merasa gelisah, sejak peristiwa Bunga Pahit Lidah kucurkan darah Hanggara selalu saja tak tenang, firasatnya yang tajam selalu meyakini akan terjadi hal buruk di Tebing Hantu.
Hanggara saat ini berdiri di depan gerbang, memandang lapangan luas yang menjadi perbatasan dengan jurang yang memisahkan Tebing Hantu dengan kerajaan Siluman Ular Putih. Sekonyong-konyong, terasa angin bertiup begitu deras dan dahsyat tak ubahnya seperti topan. Angin itu bertiup dari dasar jurang ke atas, ingin menghantam jembatan gantung.
Hanggara pun terkejut, lekas dia berteriak, "Semua waspada! Ada yang mau menyusup!"
Hanggara melihat ada kilatan cahaya merah dan biru dari balik kabut yang menutupi jembatan penghubung, lalu tahu-tahu angin yang seharusnya menghantam jatuh orang-orang yang melintas jembatan malah dibelokkan dan menghantam ke arah Hanggara dan prajuritnya.
Para prajurit peri itu pun berseru kaget. Selusin prajurit langsung melompat ke atas, kedua tangan membuat gerakan pembuka jurus, lalu kedua tangan dipukulkan delam keadaan telapak tangan terbuka.
"Jurus Dewa Gunung Menolak Badai!" Seru para prajurit itu.
Dari setiap telapak tangan yang membuka memancarkan kilatan cahaya hijau, semakin lama semakin terang, dan wusssss angin yang siap melabrak kembali berbelok arah menuju langit. Di atas udara angin itu pecah, membuat beberapa ekor burung yang sedang terbang terpental lalu jatuh dalam keadaan mati.
"Para prajurit peri memang hebat! Tapi kami tidak gentar!" Satu suara menyahut dari arah jembatan, bersamaan dengan itu terdengar suara yang riuh memekakkan telinga disertai dengan melompatnya binatang-binatang berwarna biru, hitam, kuning, hijau dan merah, lompatan binatang itu tinggi sekali.
Hanggara merasakan ancaman bahaya, dua tangan disusupkan ke balik mantel hitam terbuat dari bulu-bulu gagak. Begitu tangannya keluar dari balik mantel, Hanggara langsung melemparkan beberapa benda yang ternyata helai-helai bulu gagak. Benda-benda itu berubah keras dan setajam panah karena aliran tenaga dalam. Tak lebih dari dua lusin bulu-bulu gagak mengincar binatang-binatang yang melompat yang ternyata katak-katak beracun.
Suara katak terdengar riuh, beberapa belas katak tak dapat selamatkan diri dari lemparan senjata. Binatang-binatang itu langsung jatuh dalam keadaan mati. Beberapa yang selamat langsung balas menyerang dengan lesatkan lidahnya yang panjang dan beracun. Empat orang prajurit peri sempat terkena sambaran lidah. Kulit tangan langsung melepuh dan lekas sekali menjadi berkudis yang busuk.
"Siluman Katak Racun Akhirat!" Seru Hanggara yang jadi tahu siapa penyusup.
Di pangkal jembatan yang berkabut telah muncul seorang lelaki bertampang aneh, kulitnya penuh dengan bentolan dan berbelang lima warna: biru, kuning, hitam, hijau dan merah. Kelima warna itu selalu bergantian menyala-nyala. Yang membuat paras lelaki itu semakin angker ialah karena lehernya bisa menggembung. Dialah Raja Katak Kerak Bumi, pemimpin para siluman katak. Di sekitarnya telah berdiri tak kurang seratus prajurit.
"Iblis Kabut memang hebat! Aku tak malu buat mengakui hal itu!" Tegur Raja Katak, dia berdiri dengan tangan memegang tongkat yang kepalanya berhias bola kristal putih berkilauan.
"Tongkat Pemecah Angin, pantas saja mereka bisa menolak angin topan dasar jurang, ternyata mereka memiliki penangkal," keluh Hanggara di dalam hati.
"Apa kabarmu Iblis Kabut?" Tegur Raja Katak lagi saat melihat Iblis Kabut cuma terdiam.
Hanggara mendengus, "Namaku Hanggara bukan Iblis Kabut!"
KAMU SEDANG MEMBACA
MAWAR DARAH & HALILINTAR BIRU
Fantasy"Hridaya pravahita anugraha" Cinta adalah anugerah yang mengalir dari hati. Lintang Arganata seorang murid cekatan dari padepokan Linggabuana mendapatkan tugas memberikan undangan adu tanding Kanuragan ke Padepokan Kembang Dewa. Di sana Lintang Arg...