Kelopak 25 - Murka Mawar Berdarah

193 29 10
                                    

Amarah berhasil menguasai Dhanu yang murka karena kematian Gunadi.  Dia peluk jasad lelaki kesayangannya itu dengan tubuh bergetar, hawa panas menguasai seluruh aliran darahnya. Hawa panas yang berhasil memudarkan rajah-rajah yang membendung hawa siluman di dalam tubuhnya. Dhanu sekali lagi meraung, lebih keras dan lebih menakutkan, bersamaan dengan itu petirpun menyambar-nyambar. Dan wussss, satu sinar merah pekat memancar keluar dari dalam tubuh Dhanu, cahaya berkekuatan dahsyat itu mencabik-cabik pakaiannya hingga tak bersisa dan mementalkan semua orang yang dipaparnya.

Anggun dan Lintang terlempar jauh dan jatuh bersebelahan. Keduanya pentangkan mata lebar-lebar menyaksikan apa yang terjadi pada Dhanu.

Ketika sinar merah pekat itu hilang, seluruh ular telah jatuh bergeletakan jadi bangkai, termasuk empat ular kobra raksasa. Semua orang dalam keadaan terjerembab, yang tegak cuma sosok Dhanu yang bertelanjang menggendong mayat Gunadi. Tubuh bugil itu perlahan-lahan di lapisi kelopak-kelopak mawar yang teramat banyaknya. Dan gerrr, kelopak-kelopak mawar itu berguguran dan lepas ke segala penjuru. Udara dipenuhi kelopak-kelopak mawar yang berterbangan.

"Apa yang terjadi?" Heran Candrika Dewi yang terbaring karena terpapar sinar merah. Satu kelopak mawar melayang ke arahnya, benda itu jatuh ke dadanya dan tiba-tiba hoammm... Candrika Dewi jatuh terlelap. Hal itu juga dialami oleh yang lain. Nenek Lembah Air Mata, Kandito, Satra Dirgantara, Raja Merak pokoknya semua orang yang terkena sentuh kelopak berterbangan itu langsung jatuh tertidur tak sadarkan diri. Satu-satunya yang tersadar ialah Lintang, karena saat kelopak mawar itu ingin mendekat tubuh Lintang langsung pancarkan cahaya halilintar sebagai tameng.

Dhanu yang tubuhnya telah diselimuti kelopak mawar melompat masuk ke dalam kabut. Tak lama setelah dia masuk ke dalam kabut, dua tubuh terlempar keluar, sosok Pangeran Esa Kanagara dan Wisnu Dhanapala. Pangeran Esa mengalami hal yang sama, yakni jatuh tertidur begitu terkena kelopak mawar. Hanya Wisnu yang sepertinya tidak terpengaruh sihir tidur itu.

Lintang dengan tertatih bangkit berdiri sambil mata memandang ke gumpalan kabut yang kejap kemudian musnah. Di sana tersajilah pertarungan dahsyat antara Indradhanu dan Umbara. Sedangkan jasad Gunadi dibaringkan diatas tumpukan kelopak mawar.

Lintang bergetar ketika melihat wujud Dhanu telah berubah, sekujur kulit tubuhnya telah bertumbuhan duri-duri runcing.

"Kau menantangku mahluk duri?" Geram Umbara. Lelaki ini telah berubah teramat kuat berkat obat Segala Setan mustika pemberian Dewi Soraya, gurunya. Namun dia kali ini berhadapan dengan Indradhanu, lelaki yang selama ini kekuatannya terpendam dan tersegel rajah mantra.

Umbara berkelebat cepat lalu menyerang dengan cakar tajamnya dari arah belakang.

Crasss, cakar itu merobek punggung Dhanu. Lintang berteriak karena takut Dhanu terluka dan tewas. Darah bercucuran, yang hebatnya begitu darah Dhanu jatuh ke tanah, langsung tumbuh rumpunan pohon mawar. Lebih dahsyat lagi dari luka yang terkuak di punggung Dhanu yang seharusnya menampilkan daging terbelah malah menyeruak berkeluaran kuntum-kuntum mawar merah.

"Kau telah membunuh kekasihku! Kau telah membunuh kekasihku" geram Dhanu sambil terus merangsak maju.

Melihat lawan seperti tak merasakan sakit, Umbara terus menghantam dengan segala serangan sakti, namun hasilnya sia-sia. Luka di tubuh Dhanu selalu berubah menjadi kuntuman bunga mawar.

"Giliranmu mampus!" Selesai berucap Dhanu angkat kedua tangannya. Umbara berteriak kaget, seperti ada kekuatan ghaib yang menariknya ke atas, tubuhnya terlempar ke udara, dari bawah menyusul menyambar satu akar-akar tanaman berduri runcing dan panjang. Akar-akar itu melilit tubuh Umbara hingga lelaki itu berteriak kesakitan. Tubuhnya telah bersimbah darah.

"Ku bikin mampus kau tujuh kali sampai mayatmu tak berbentuk!" Seru Dhanu lagi.

Kedua tangan direntang, begitu kedua tangan disatukan kembali, seluruh kelopak yang berterbangan telah bergerak cepat membungkusi tubuh Umbara, suara teriakan kesakitan lelaki itu kembali terdengar menggidikkan. Kelopak-kelopak yang membungkusnya luruh, begitu tubuhnya lepas dari bungkusan kelopak itu maka tersajilah wujudnya yang mengenaskan tanpa kulit. Merah dan penuh darah.

MAWAR DARAH & HALILINTAR BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang