Kelopak 52 - Budak-Budak Nafsu (2)

220 22 1
                                    

Ratu Peri dan Iblis Naga masih tumpang tindih, mereka baru saja mencapai puncak kenikmatan, agak enggan Iblis Naga untuk mencabut kejantanannya yang masih menancap di lubang hangat sebelah bawah tubuh Ratu Peri. Namun cairannya terlalu banyak, sudah memenuhi dan meluber-luber keluar. Bebda kenyal itu akhirnya tercabut juga, menggantung sangar di pangkal kedua paha Iblis Naga.

"Luar biasa, sayang! Ajian Perawan Abadi milikmu benar-benar membuatku selalu puas. Berapa kalipun dikent*ti, tetap saja lubangmu itu akan kembali perawan." Puas Iblis Naga sambil berbaring di sebelah Iblis Naga.

"Tentu saja! Itulah keistimewaanku dibanding si ular kadut itu, makanya kau harus lebih sering menggauliku, Byakta!" Ujar Murti, si Ratu Peri. Tingkahnya di Istana Maha Kelam benar-benar jauh berbanding dengan tabiatnya saat di Megapura.

Di sini dia binal dan jalang, namun di Megapura dia selalu tampilkan watak anggun dan penuh welas asih.

"Tentu saja, Murti! Seminggu saja aku tidak menyodok anu mu itu, maka serasa ada yang kurang dalam diriku!" Byakta menjawab sambil merem melek, hal itu dikarenakan tangan Ratu Peri tak henti-hentinya membelai kelaminnya yang kini mulai melemas.

"Miliku ini selalu siap sedia buat kau sodok sayang!" Kedua makhluk ini pun berciuman bibir.

"Oh iya bagaimana dengan tugasmu waktu itu? Tugas mendapatkan kunci membuka gerbang ghaib menuju makam pendekar Pahit Lidah?" Iblis Naga teringat pada tugas yang diemban oleh Murti.

Murti pun hembuskan nafas dengan berat, dia hentikan aksinya yang mengocok-ngocok kelamin Iblis Naga. Dia terduduk muram.
"Aku masih ingat tugas itu, Byakta. Namun sulit buat menjalankannya. Aku sudah menyelidik dan tahu di mana kunci gerbang itu berada. Dia di simpan di Puri Rembulan. Puri itu dijaga oleh Peri Cahaya Wangi. Puri  itu hanya muncul dan terlihat saat bulan purnama bersinar. Merebut kunci itu dari tangan Peri Cahaya Wangi tidaklah sulit, namun jika aku dan Peri Cahaya Wangi saling bertarung maka akan mudah diketahui oleh para prajurit, terutama oleh suamiku. Dia hafal betul setiap jurus dan kesaktianku."

"Oh jadi itu yang membuatmu khawatir?" Byakta ikut duduk, dia membelai rambut Ratu Peri, dia menciumi ubun-ubun wanita itu.
"Aku akan memberikanmu satu ilmu kesaktian bernama Naga Hantu Menghembus Hawa Kematian. Hanya lewat hembusan nafasmu maka musuhmu akan mati keracunan!"

"Benarkah! Benarkah itu, Byakta?" Seru Ratu Peri kegirangan.

"Tentu, aku akan memberikan ilmu itu padamu."

"Bagaimana caranya?" Antusias Ratu Peri.

"Lewat ngent*t tujuh kali! Dan tiap aku akan mencapai puncak kau harus menelan cauranku sampai ludes! Kau sanggup?" Tantang Byakta dengan seringai mesum.

"Siapa takut buat kau gagahi! Justru itu yang aku mau!" Jawab Ratu Peri dengan tak kalah binal.

"Dasar peri lacur! Kemarikan lubangmu! Biar ku hancurkan dengan zakarku!"

Tanpa diperintah dua kali, Ratu Peri lekas kembangkan kedua kakinya, dia mengangkang lebar-lebar hingga lembah kelaminnya terpampang nyata. Sudah merekah dan becek, siap buat dibobol. Byakta pun tanpa lama-lama langsung melesakkan pedang tumpulnya. Untuk kesekian kali mereka bersenggama. Hari ini akan menjadi hari penuh persetubuhan yang panjang. Dua makhluk benar-benar diperbudak oleh nafsu.
***

Dewi Ular mengintip dari jendela, wajahnya semakin memerah panas saat menyaksikan dari celah-celah jendela itu betapa persetubuhan Byakta dan Ratu Peri belum berakhir.
"Peri lacur!" Dewi Ular mengepalkan kedua tangannya penuh geram.

"Apa yang kau lihat, Dewi?" Tanya Ki Kamandaka. Dia pun penasaran dan turut memandang ke luar jendela.

"Kau lihat itu, Tua Busuk! Byakta bisa bermain berkali-kali, sedangkan kau cuma sanggup tiga kali? Bagaimana bisa kont*lmu itu dibandingkan dengan miliknya?" Rajuk Dewi Ular. Dia tadi memang hanya disetubuhi Kamandaka sebanyak tiga kali, tentu jauh sekali dengan Byakta yang harus menyetubuhi Ratu Peri tujuh kali lagi.

MAWAR DARAH & HALILINTAR BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang