Kelopak 44 - Nafsu Membunuh

103 13 0
                                    

Sebelum masuk ke lanjutan cerita, saya mau membeberkan satu fakta, yaitu:

Sebenarnya cerita silat Mawar Darah & Halilintar Biru pada awalnya terkonsep sebagai novel modern yang jauh lebih dulu dibuat, bahkan lebih lama dibanding cerita Cinta Dan Pedang yaitu pada bulan September 2021.

Judulnya adalah Akademi Sihir. Bahkan di draft saya, kisah itu sudah sampai 13 chapter. Namun karena idenya buntu, akhirnya saya ubah jadi cerita baru dengan genre silat dan dijadikan sebagai sekuel dari Cinta Dan Pedang.

Kisah Akademi Sihir-nya auto dibungkus sebelum selesai. 😅

Bisa dilihat dari covernya, gambaran kekuatannya mirip Dhanu, kan? Dengan kulit punggung terkoyak dipenuhi mawar-mawar merah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bisa dilihat dari covernya, gambaran kekuatannya mirip Dhanu, kan? Dengan kulit punggung terkoyak dipenuhi mawar-mawar merah. Oke, LANJUT!
*****
-----

Sebelumnya, Dhanu yang melihat Giri Prawara terluka parah akhirnya mengamuk, kekuatan siluman jahat di dalam dirinya kembali lepas kendali.

"Kenapa, kenapa kali ini aura yang dipancarkan oleh Dhanu berbeda? Benar-benar beraroma darah yang teramat kuat! Kejut Wisnu yang saat itu sedang menelisik sosok Dhanu dengan ajian Bias Dewa, ajian yang bisa melihat tingkat kesaktian seseorang.

Giri dengan mata sayu melihat ke langit, di mana sosok Dhanu menerjang Naga Ungu raksasa.
Sembari menahan rasa sakit yang amat sangat, Giri menjawab pertanyaan Wisnu, suaranya terdengar pelan karena kesusahan mengatur nafas, "Dhanu telah dikuasai kekuatan jahat secara penuh. Ini berbahaya, Dhanu akan kehilangan jiwa manusiawinya, kelak dia tidak hanya akan membunuh Naga Ungu itu, tetapi juga diluar sadar dia juga akan mencelakai kita. Dia dikuasai nafsu ingin membunuh."

"Apa?" Kaget Wisnu dan Lintang secara bersamaan.

"Lebih baik kalian lekas kembali ke alam manusia, bawa serta Anggun dan Pangeran Esa. Negeri bunian kekuasaanku ini akan hancur lebur karena tak sanggup menahan kekuatan yang sedikit lagi akan dikeluarkan oleh Dhanu," ujar Giri lagi, dadanya naik turun karena menahan sakit yang dahysat.

Wisnu tersadar akan rasa sakit yang diderita oleh Giri, meski lelaki itu terlihat tidak mengeluh. Wisnu cepat kerahkan ajian Penyembuhan Alam, dia lekas dudukkan Giri lalu Wisnu bersila di belakang punggung si Raja Elang Putih, Wisnu kernyitkan kening melihat hampir seluruh punggung Giri rusak, terutama patahan sayap serta patahan tulang yang menyembul keluar menembus daging dan kulit.

"Lukaku terlalu berat, ajianmu itu tak akan banyak membantu," jawab Giri tegar.

Diam-diam Wisnu telah kucurkan air mata, yang diucapkan oleh Giri benar adanya, meski ajian Penyembuhan Alam sangat hebat namun luka separah ini? Wisnu terenyuh sekaligus merasa salut akan keteguhan hati Giri.

"Tidak, sahabat! Selama nafas masih bisa dihela, peluangmu sembuh masih ada. Aku akan berusaha sebaik mungkin!" Wisnu segera rapal mantra Ajian Penyembuhan Alam, kedua telapak tangan memancarkan pendar sinar hijau, angin semilir nan sejuk membungkus lengan yang bercahaya itu, selanjutnya pendar sinar hijau itu di tempelkan ke punggung Giri.

MAWAR DARAH & HALILINTAR BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang