Kelopak 45 - Mantra Pengetuk Pintu Langit (Pengorbanan)

146 21 10
                                    

"Hahaha! Akhirnya ada manusia dengan jurus-jurus menarik melawanku. Aku semakin tak sabar buat menghabisimu!" Girang Dhanu yang melihat dirinya sedang di kejar oleh sebelas payung dan juga belasa jalaran akar-akar penjerat.

Dhanu keluarkan suara seruan dahsyat, kedua tangan diangkat ke atas menuding langit, langit berubah menjadi mendung kemerahan karena munculnya awan-awan berwarna merah gelap, tanah bergoyang dahsyat, sedangkan kelopak-kelopak mawar kembali berhamburan di udara. Dari dalam tanah menyeruak keluar akar-akar berduri dihiasi kuntum-kuntum mawar merah, akar-akar berduri itu saling belit dengan akar tanaman serangan Wisnu.

Bahkan yang hebatnya lagi, akar-akar berduri berhasil membelit sebelas payung hijau milik Wisnu hingga payung itu tak dapat bergerak lagi.

Wisnu terkejut melihat serangan miliknya berhasil dimentahkan oleh Dhanu dengan jurus yang hampir sama.

"Kenapa dia juga bisa mengeluarkan jurus-jurus akar sakti?" Bingung Wisnu.

"Jangan bengong orang tua! Lihat cambukan akar berduriku!" Seru Dhanu.

Wisnu terperangah, dari tanah di depannya menyeruak keluar satu akar berduri berukuran besar, akar itu laksana cambuk yang siap menghantam kepala Wisnu.

Wisnu lekas berkelit menghindar ke samping.

"Brakkk!" Akar berduri itu menghantam tanah di mana tadi Wisnu berpijak. Tanah terbelah, dari dalam tanah itu menyembur keluar beratus tangkai runcing mawar merah, ujung runcing itu mencari sasaran ke beberapa titik tubuh Wisnu.

Wisnu lekas himpun tenaga dalam, dua tangan dipukulkan ke arah datangnya serbuan tangkai mawar, dua angin topan bertiup dahsyat menghalau mawar-mawar itu.

Dhanu menyeringai saat melihat mawar-mawar miliknya berhasil dihalau oleh jurus Wisnu.

"Jangan senang dulu! Terima jurus lanjutanku!" Dhanu tancapkan Pedang Mawar Darah ke tanah hingga amblas sebatas gagang. Kedua telapak tangan di satukan di depan dada, lalu dilepas. Kedua tangan itu tampak bergetar dahsyat.

Wusnu terkejut bukan main, tanah di sekitarnya bergoyang-goyang dahsyat bahkan mengalami retakan dan kehancuran. Tanah laksana longsor. Dari dalam tanah yang amblas itu keluar satu tanaman mawar berbunga raksasa dengan batang berduri. Wisnu sendiri kelimpungan karena tanah masih terus berguncang. Tak ada pilihan, Wisnu harus melompat ke udara. Namun itu adalah jebakan dari Dhanu.

Setelah Wisnu melenting ke udara tahu-tahu satu cabang pohon mawar raksasa mengarah padanya, dan clappp. Wisnu tak dapat bergerak. Tubuhnya telah terkurung dan terjepit di dalam kuntum bunga mawar yang menguncup.

"Hahaha! Jangan harap kau dapat lepas dari jurus Kuncup Mawar Menelan Roh, darahmu akan disedot perlahan-lahan oleh mawarku. Lalu kau akan mati pelan-pelan dengan tubuh kering kerontang!" Ejek Dhanu.

"Tidak semudah itu!" Tiba-tiba ada suara yang menyela. Satu sinar biru berkelebat, sinar itu ternyata cahaya yang menyelimuti daya lesat Pedang Malaikat Biru milik Lintang.

Crasss! Pedang Malaikat Biru berhasil memotong tangkai dimana Wisnu terperangkap. Kuncup mawar itu jatuh, Wisnu terbanting ke tanah, masih di dalam kuncupan mawar, dia pikir kuncupan mawar akan lepas namun nyatanya begitu tubuhnya terbanting ke tanah, dengan cepat akar-akar berduri berkeluaran dan membelitnya. Wisnu gigit bibir, duri-duri itu telah menembus kulitnya.

"Dhanu, sadarlah! Kembali ke asalmu! Kau manusia! Bukan siluman jahat!" Teriak Lintang. Dia segera kerahkan jurus Penjara Halilintar.
Dhanu berseru kaget melihat belasan sinar halilintar menyambar padanya, halilintar-halilintar itu membentuk kurungan mirip penjara yang mengurung Dhanu.

MAWAR DARAH & HALILINTAR BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang