Kelopak 9 - Pelangi Menjadi Saksi

199 19 1
                                    

Indradhanu mendukung menggendong Gunadi di punggung, lelaki itu sudah sadar namun kakinya masih lemah. Dhanu terpaksa menggendongnya pulang.

"Tak kusangka kau kuat juga, kau sanggup mengangkat tubuhku yang berat ini" Goda Gunadi sambil elus-elus wajah bunga Dhanu. Lucu sekali, bahkan disekitar mereka berterbangan beberapa ekor kupu-kupu yang ingin hinggap di wajah Dhanu.

"Kalau ilmu silat aku memang kalah, tapi tenaga kasar aku siap diadu" jawab Dhanu.

"Ya, aku tahu kau memang kuat. Aku masih dapat merasakan kuatnya tinjuanmu yang pernah bersarang diperutku" goda Gunadi lagi.

Gunadi tidak tahu mengapa bersama Dhanu bisa semenyenangkan ini. Apalagi dia tengah digendong, tubuhnya menggelayut rapat di tubuh Dhanu, malah selangkangannya menempel hangat di punggung lelaki tadi, gesekan akibat gendongan itu memercikkan rasa nikmat yang geli di selangkangan Gunadi.

"Gunadi sialan! Apa yang kau pikirkan? Kenapa ada yang keras mengganjal di punggungku?" Bentak Dhanu tepat disaat mereka sampai digerbang padepokan.

"Maaf Dhanu, anuku jadi geli-geli enak tersentuh punggungmu!" Polos Gunadi.

"Kampret!" Sangking kesalnya Dhanu lepaskan gendongannya hingga Gunadi terbanting ke tanah dan mengaduh-aduh kesakitan. Adapun Dhanu memeriksa punggung yang ditempeli kelamin Gunadi tadi dengan usapan tangan.

Ternyata aksinya itu disaksikan oleh Lintang dan kawan-kawannya.

"Kurang ajar! Apa yang kau lakukan terhadap temanku?"  Puspitaloka langsung meradang.

"Menjatuhkannya? Kenapa?" Tanya Dhanu sesikit acuh.

"Budak hina!" Geram Puspita, perempuan ini langsung saja menyerbu Dhanu dengan serangan-serangan dahsyat.

Dhanu meladeninya dengan tenaga kasarnya yang diatas rata-rata, Puspitaloka kaget juga, ternyata hanya bermodalkan tenaga luar dan ilmu silat Dhanu cukup merepotkannya.

Pertengkaran dua orang itu langsung menarik perhatian banyak orang. Bahkan Ki Cipta Reksa dan sang istri, serta Anggun telah pula hadir menyaksikan.

Anggun langsung bersiap buat melerai, namun sang ayah melarang.

"Kenapa ayah?" Heran Anggun.

"Tahan dulu anakku! Ayah kaget ternyata Dhanu menguasai jurus-jurus kita dengan baik, bahkan tanpa tenaga dalam pun dia sanggup meladeni perempuan itu" ujar Ki Reksa bercampur senang, anaknya ternyata tidak menjadi bulan-bulanan.

Sementara itu dari balik ilmu ghaib, enam ekor ular belang putih yang menyaksikan menjadi gemas.

"Kita bantu pangeran buat menghajar perempuan beringas itu!" Ucap Sri Katon.

"Tahan! Ratu berpesan agar keberadaan kita tetap tidak diketahui orang-orang " ingat Sri Kanti.

Keenam ular itu meski gemas namun hanya bisa menyaksikan dari kejauhan.

"Kena kau laki banci!" Geram Puspita sambil melompat dan menghantamkan kaki kanan ke kening Dhanu, hebatnya Dahu malah palangkan tangan ke atas kepala buat menangkis, meski tangannya sakit setidaknya Puspita juga rasakan hal yang sama. Tulang kering perempuan itu ngilu dengan kulit biram.

Perempuan itu semakin kesetanan, bahkan pedangnya telah terhunus dan menyerbu dengan jurus-jurus pedang yang maut.

Gunadi yang melihat itu langsung kaget, bukannya meremehkan Dhanu, cuma kali ini menghadapi jurus Pedang Penggugur Bintang milik Puspita, Dhanu tak cukup hanya mengandalkan tenaga luar, maka dengan seketika lelaki ini langsung melompat dan cabut pedangnya.

"Tranggg" pedangnya dan pedang Puspita saling beradu, percikan api berpijar sesaat.

Puspita melenguh karena pergelangan tangannya ngilu sakit. Adapun Gunadi, karena saraf nya masih lemah akibat baru sembuh dari racun ular pedangnya langsung lepas, dan mulutnya langsung kucurkan darah.

MAWAR DARAH & HALILINTAR BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang