Kelopak 18 - Debar Cinta Anggun

113 17 0
                                    

Hari adu silat itu tiba juga, di tengah alun-alun kota raja berdiri megah panggung yang akan menjadi arena pertarungan para pesilat muda. Sepanjang jalan menuju arena tarung itu dihiasi oleh janur dan bendera serta umbul-umbul negeri Rahuning. Para pedagang makanan dan minuman juga kerajinan yang paling diuntungkan karena ramainya pengunjung.

Di bagian Utara panggung berjajar kursi-kursi mewah, namun ada dua kursi yang paling agung. Itulah kursi buat Prabu Arya Dygta dan sang pendamping, Danum Suarga.
Di barisan itu pula duduk para pejabat utama juga para sahabat pendekar, termasuk : Wisnu, Kelana, Nenek Lembah Air Mata, Iblis Pantun, Kandito, Candrika Dewi, Satra Dirgantara dan Raja Merak.

Di barisan timur panggung duduk berjajar para pejabat istana lainnya, dan di sebelah barat bagian para peserta, para guru dan orang tua dari mereka yang akan bertanding. Terakhir di sebelah selatan adalah lapangan terbuka buat penduduk yang ingin menyaksikan adu tanding itu.

Di tengah pentas berdiri dengan gagah Pangeran Esa Kanagara dan Panglima Lesmana. Sesekali dua mata Esa melirik ke sebelah barat di mana Anggun sedang duduk  bersama orang tuanya dan Dhanu. Anggun rikuh dan malu karena merasa pandangan sang pangeran begitu dalam sekali.
Setelah puas melirik gadis yang diam-diam menarik perhatiannya itu, Pangeran Esa membuka acara adu tanding ini dengan terlebih dahulu membacakan peraturan.

"Pertama, kalian bebas bertarung memakai jurus apapun juga menggunakan keterampilan senjata. Tapi tidak untuk senjata rahasia, peserta yang diam-diam melepaskan senjata bidik rahasia akan langsung dinyatakan kalah" Pangeran membacakan peraturan pertama.

Ringgita yang duduk bersebelahan dengan Priyandhana diam-diam merogoh satu kantung rahasia dibalik pakaiannya dimana dia menyimpan senjata rahasia berupa anggrek-anggrek kecil berwarna jingga.

"Kenapa? Kau takut tanpa senjata rahasia tidak akan berhasil menang?"  Ledek Priyandhana.

Karuan saja Ringgita jengkel, "Lihat saja tanpa senjata rahasia pun Raihan prestasiku nanti akan jauh lebih baik darimu!" Ringgita keluarkan kantung senjata rahasianya buat dititipkan kepada sang guru.

Pangeran Esa lanjut membacakan peraturan yang kedua, "Aturan kedua, meski ini adalah arena adu silat dan kanuragan namun kalian dilarang keras memiliki niat untuk mencelakai apalagi sampai membunuh lawan tanding, tugas kalian ialah membuat lawan kalian menyerah atau berhasil membuat lawan kalian keluar pentas, maka kalianlah yang dinyatakan sebagai pemenang"

Kemudian Panglima Lesmana menambahi keterangan sang pangeran, "Jumlah keseluruhan peserta ialah 32 orang. Dan kalian akan bertarung satu lawan satu dengan lawan acak. Pertarungan ini diawasi langsung oleh saya Panglima negeri Rahuning. Juga akan dinilai khusus oleh para pendekar ternama yang duduk dibarisan kursi berderet dengan Gusti Prabu"

Dewi Soraya yang mendampingi sang suami juga muridnya Umbara melirik ke barisan kursi para tamu pendekar.
Sepasang matanya memandang berkilat kepada Wisnu.
"Dendamku padamu tak akan habis, keparat! Kaulah yang menggagalkan niatku untuk menjadi penguasa tunggal dunia persilatan, lihat saja Wisnu! Kali ini aku tak akan kalah" geramnya di dalam hati.

Pangeran Esa memukul gong hingga mengeluarkan suara gaung yang nyaring. Ketiga puluh dua peserta seketika berdebar-debar, panglima mulai mengundi calon lawan mereka.

Yang pertama tampil ternyata adalah Lintang, menghadapi seorang pendekar yang belum punya nama besar. Hasilnya dapat ditebak, bahkan luar biasanya Lintang berhasil merobohkan lawan hanya dalam tiga jurus. Lawannya berhasil kena tendang hingga terpental keluar pentas.

Hiruk pikuk tepukan dan suitan penduduk menyambut kemenangan Lintang itu.

Duel berlanjut ke pertandingan berikutnya, namun rata-rata berhasil diselesaikan dengan cepat karena para jagoan berhasil mengalahkan lawan dengan gampangnya. Gunadi, Priyandhana, Ringgita, Dharmaji, Wiladi bahkan Umbara berhasil melewati hadangan lawan-lawannya.

MAWAR DARAH & HALILINTAR BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang