Pertarungan diluar semestinya yang terjadi antara Lintang Arganata dan Pangeran Esa Kanagara alias Dani membuat suasana adu silat menjadi kacau. Panglima Lesmana dengan bijaksana memutuskan bahwa pertandingan kedua antara Gunadi dan Umbara akan diundur keesokan hari.
Di wisma tamu agung, Lintang dengan dipandangi tiga saudara seperguruannya mendapat hukuman dari sang ayah sekaligus gurunya, Empu Bhumantara. Empat tamparan keras sudah didapatkan lelaki itu hingga kedua pipinya memerah seperti kepiting rebus.
"Kau telah membuat malu ayahmu ini, Lintang! Kau telah berani menantang dan menghina Pangeran Esa Kanagara. Ini sama saja seperti melemparkan ayahmu ke dalam kubangan kotoran. Gusti Prabu dan juga seluruh petinggi istana pasti memandang rendah ayahmu ini karena gagal mendidik anak bengal sepertimu!" Murka Empu Bhumantara.
Lintang cuma dapat bersimpuh dengan kepala menunduk, sungguh kejadian diluar perkiraannya itu benar-benar mengguncangkan hati. Dia malu, sungguh-sungguh malu.
"Ampuni aku ayah! Aku benar-benar tidak tahu bahwa pengemis itu ternyata pangeran Esa yang sedang menyamar."Empu Bhumantara hanya dapat menghembus nafas kecewa, "Dengar anakku! Sekalipun kau bertemu orang gila, jika dia tidak membahayakan nyawamu, kau tidak berhak berbuat kasar kepadanya. Kau harus dapat hukuman!"
"Saya siap menerima hukumanmu, ayah!" Pasrah Lintang.
"Kau harus minta maaf kepada Anggun dan Pangeran Esa, selain itu untuk sementara waktu ayah harus menguncimu" ucap Empu Bhumantara dengan suara bergetar.
Sepasang mata lelaki itu menatap tajam sosok anaknya dari ujung rambut ke ujung kaki."Berdiri Lintang, tanggalkan bajumu!"
Lintang bangkit berdiri di hadapan sang ayah, lalu kedua tangan kekarnya mencopot baju hingga dada dan perutnya terpampang nyata, disekitar pusarnya ada bulu-bulu halus yang menghiasi.
Setelah melihat anaknya bertelanjang dada, maka tanpa dapat di duga tangan kanan Empu Bhumantara pentangkan lima jari lalu ditekuk seperti hendak mencakar. Tangan itu dengan cepat dihantamkan ke perut sang anak.
Desss, serangan itu mendarat telak. Tubuh Lintang langsung menekuk ke depan dan terpental kebelakang.
"Kakang!" Teriak Puspita, sedang Gunadi dan Dharmaji cepat menolong dengan menahan tubuh Lintang agar tidak menghantam tembok.
Lintang berteriak keras, ada rasa sakit dahsyat yang membungkus perutnya laksana ususnya ditarik-tarik tangan tak terlihat. Ketika Lintang melihat apa yang terjadi dengan perutnya terkejutlah dia melihat ada lima titik hitam yang melingkari pusarnya.
"Itu ilmu totokan Mengunci Gerbang Sakti, untuk sepuluh hari ke depan kau tak dapat mengerahkan tenaga dalam dan kesaktian mu!" Selesai bicara Empu Bhumantara meninggalkan ruangan itu guna menuju ruang rombongan padepokan Kembang Dewa. Lelaki berwibawa ini ingin meminta maaf kepada Anggun sekaligus kedua orang tua gadis itu.
***Di kamar tamu lainnya tiga orang beda usia sedang berembuk pula membahas apa yang akan mereka lakukan di pertandingan tersisa esok hari. Mereka adalah Dewi Soraya, Ki Kamandaka dan murid mereka Umbara.
"Kenapa pertandingan harus ditunda? Padahal aku sudah tak sabar untuk menunjukkan kehebatan silat perguruan Cakar Sakti" Umbara mengutarakan rasa kesal karena pertandingannya melawan Gunadi harus tertunda.
Dewi Soraya, sang guru sekaligus penikmat tubuh Umbara tersenyum memaklumi tabiat muridnya yang memang keras dan suka bertarung.
"Sabarlah muridku! Menunggu besok bukanlah waktu yang lama, lebih baik kita bersantai bersenang-senang"Perempuan yang dulu dikenal dengan julukan Dewi Ular ini lambaikan sang murid agar mau menghampirinya yang duduk manja di tepi ranjang. Umbara mendekat, begitu lelaki ini tiba Dewi Soraya langsung saja memainkan tangannya mengusap-usap dada bidang sekaligus selangkangan sang murid.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAWAR DARAH & HALILINTAR BIRU
Fantasy"Hridaya pravahita anugraha" Cinta adalah anugerah yang mengalir dari hati. Lintang Arganata seorang murid cekatan dari padepokan Linggabuana mendapatkan tugas memberikan undangan adu tanding Kanuragan ke Padepokan Kembang Dewa. Di sana Lintang Arg...