Kelopak 24 - Duel Hidup & Mati

165 20 0
                                    

Pertandingan antara Gunadi melawan Umbara tiba juga, hari menjelang siang, panggung di mana duel itu akan berlangsung telah disesaki oleh penonton. Dhanu menggigit bibir karena usahanya untuk mencegah Gunadi bertarung tak didengar sang kekasih.

"Aku seorang pendekar Dhanu, menghindar dari kewajiban apalagi pertarungan antar ksatria adalah pantangan besar bagi kami. Kau tenanglah, lebih baik kau berdoa buatku. Percayalah aku akan baik-baik saja!" Itulah jawaban Gunadi tadi malam saat Dhanu mengutarakan keberatannya atas keikutsertaan Gunadi.

Dhanu dari kursinya memandang ke sisi dimana nanti Gunadi akan naik ke atas panggung. Terlihat sang kekasih begitu tenang, dengan pakaian serba biru Gunadi benar-benar gagah. Dia memang tidaklah seganteng Lintang, tetapi Gunadi memiliki aura yang menenangkan. Benar-benar seorang lelaki yang mampu membuat kekasihnya nyaman.

Puas memandangi Gunadi, Dhanu alihkan sepasang mata melihat ke seberang panggung di mana sang lawan kekasih berada. Umbara sedang diberi wejangan khusus oleh kedua gurunya.

Dewi Soraya dan Ki Kamandaka terlibat pembicaraan mendalam dengan Umbara.

"Anak buahku gagal meracuni Gunadi" ucap Dewi Soraya dengan nada pelan, takut didengar oleh orang lain.

Umbara terkejut, serta merta dia memandang ke jurusan Gunadi di seberang sana, menerka-nerka sanggupkah dirinya mengalahkan lelaki itu.

"Tapi kau tak usah khawatir, guru berdua pasti punya cara untuk membantumu memenangkan pertandingan ini, perguruan Cakar Sakti kita haruslah menjadi yang terbaik di adu silat kali ini" ujar Ki Kamandaka.

Gong telah dipukul, bunyi gaungnya yang menggema ke segala arah menjadi pertanda agar kedua peserta naik ke atas panggung. Gunadi dengan langkah meyakinkan telah naik ke atas panggung, sedangkan Umbara dengan ilmu meringankan tubuhnya telah berdiri beberapa langkah di hadapan Gunadi. Keduanya berada di tengah panggung dan sedang menjadi pusat perhatian.

Dhanu sedari tadi menyaksikan dengan gelisah, pertarungan belum dilangsungkan saja membuat hatinya sudah berdebar-debar. Lintang yang duduk di sebelahnya melihat kegelisahan Dhanu itu. Kedua tangan lelaki bertopeng bunga itu gemetar.

Sejak semalam, Lintang mulai bisa berbesar hati merelakan Anggun dan mencoba berdamai dengan Dhanu.
Lintang menepuk pundak Dhanu untuk menenangkan lelaki itu.

"Tenanglah! Kemampuan silat Gunadi tak kalah dariku. Lagipula ada panglima Lesmana yang menjadi  wasit"

Dhanu tak menggubris ucapan Lintang, dia masih punya firasat buruk.

Sementara di barisan di mana Prabu Arya Dygta dan para petinggi serta tamu kehormatan berada juga turut menantikan duel itu dengan berdebar-debar. Bahkan diam-diam beberapa pejabat mulai membuat taruhan siapa yang akan menjadi pemenang.

Pangeran Esa yang duduk di antara Wisnu Dhanapala dan Kelana berkata perlahan kepada Wisnu.

"Paman, terus terang saya masih takut jika lelaki bernama Umbara itu kembali melakukan pelanggaran. Bisakah paman memeriksanya?" Pinta Pangeran Esa kepada Wisnu.

Wisnu mengangguk, dengan ajian Bias Dewa dia memandang tajam sosok Umbara lewat mata hijaunya.

"Tidak ada kekuatan yang mencurigakan dari dalam anak itu. Kedua pemuda itu memiliki tenaga dalam yang seimbang. Agaknya pertarungan kali ini akan menjadi menarik. Siapa yang lebih cerdas maka dia yang akan menjadi pemenang" tutur Wisnu

Panglima Lesmana memberikan kata-kata pembukaan dengan menegaskan peraturan yang harus dipatuhi oleh kedua pendekar.
"Dilarang melukai sampai berat dan parah, apalagi sampai membunuh lawan. Dilarang menggunakan senjata rahasia, juga jurus-jurus beracun yang mampu membalikan kesaktian lawan"

MAWAR DARAH & HALILINTAR BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang