Kelopak 42 - Sergapan Laba-Laba

133 16 0
                                    

Kita tinggalkan sejenak pertarungan Dewi Ular dan Giri Prawara yang masih berlangsung dengan dahsyatnya. Kita ikuti terlebih dahulu  jejak Ratu Lelaba yang mengejar rombongan Dhanu dan kawan-kawannya.

Wisnu memimpin jalan dengan dipandu oleh seorang prajurit. Semua orang sedang berjalan tergesa-gesa menyusuri lorong yang panjang di bawah tanah, pencahayaan yang kurang membuat lorong itu gelap dan sedikit menghambat gerakan mereka. Sementara itu Ratu Lelaba telah pula mengejar ke dalam lorong. Bahkan Ratu Lelaba telah mengerahkan ribuan laba-laba beracun berwarna hitam dengan perut gendut kebiruan berkilat pertanda mengandung racun yang luar biasa mematikan.

"Kita akan segera tiba di ujung lorong!" Seru prajurit pemandu saat matanya melihat ada bias cahaya di ujung sana. Para pendekar mempercepat larinya, bahkan Lintang yang kebagian tugas menggendong Dhanu berhasil mendahului kawan-kawannya dan berlari paling depan.

Srakkk! Mulut lorong yang tertutup tanaman merambat tersibak, cahaya benderang di alam terbuka langsung menyilaukan mata yang sebelumnya berkutat dengan kegelapan. Lintang dan kawan-kawan dapati diri berada di dalam sebuah hutan yang luas.

"Kalian berjalan terus ke depan. Ada gapura pembatas memancarkan cahaya kekuningan. Itulah batas dunia ini dengan dunia manusia. Ingat, saat melewati batas itu kalian harus melangkah dengan kaki kiri terlebih dahulu." Ujar Prajurit.

"Terima kasih, saudara! Kau tidak ikut bersama kami?" Tanya Pangeran Esa.

Si Prajurit menggeleng, "Saya harus kembali buat membantu Paduka Giri."

"Saya kagumi jiwa ksatriamu," puji Esa Kanagara, sungguh dia benar-benar menghormati orang-orang yang siap berkorban demi negerinya.

"Sudah, ayo lekas kita lanjut berjalan!" Tegur Lintang yang masih mendukung Dhanu di punggung.
Bahkan Lintang mulai melangkah, namun tiba-tiba mereka mendengar suara lengkingan aneh begitu keras dari mulut lorong.

Ketika semua orang menoleh, burrrrr dari mulut lorong menyembur keluar laba-laba luar biasa banyaknya.

"Semuanya lekas menghindar!" Seru prajurit sambil menyembur, dari tiupan mulutnya menyambar lidah api begitu besar dan wusss. Seluruh pendekar telah dikelilingi dinding api pelindung.

Laba-laba yang ingin menerkam mereka langsung hangus dilalap dinding api pelindung itu. Dari mulut goa melangkah keluar seorang perempuan cantik namun berwajah bengis, kepalanya dihiasi mahkota berwujud angker, yakni laba-laba besar dengan kaki-kaki panjang menjuntai sampai ke pipi.

"Ratu Lelaba," ucap Prajurit dengan suara bergetar.
"Kalian semua waspadalah, dia siluman laba-laba yang kuat. Jika ada celah lekas pergi secepat mungkin."

"Mau kabur dariku? Tidak semudah itu, kawan!" Ratu Lelaba sunggingkan senyum keji, mulut membuka lebar, dari mulutnya bermuncratan jaring laba-laba teramat banyak.

Wisnu segera kerahkan ajian Bias Dewa untuk mengukur kehebatan Ratu Lelaba.

Jaring-jaring laba-laba itu menyebar dengan cepat dan melintang hampir di seluruh pohon. Jaring yang terbentang dan saling bersambungan di tiap pohon. Posisi para pendekar terjepit, mereka telah terkurung dalam ajian Jerat Serat Berhala. Mereka tak ubahnya ada di dalam satu ring tinju, bahkan lebih mengerikan dari itu.

Ratu Lelaba kembali sunggingkan senyum dan wusss dia kibaskan lengan, dari lengannya melesat keluar sehelai jaring laba-laba tipis berkilat dalam posisi melebar ke samping.

Aji Bias Dewa milik Wisnu dapat melihat bahaya mengancam.
"Semuanya, lekas merunduk!" Teriak lelaki bermata hijau itu.

Serta merta mereka semua jatuhkan diri ke tanah, namun si prajurit terlambat. Settt craass! Terdengar suara sesuatu terpotong, Anggun langsung menjerit begitu melihat satu benda berguling jatuh di depannya, kepala prajurit, sahabat mereka. Leher si prajurit tertebas helai jaring Ratu Lelaba. Dengan matinya si prajurit maka dinding api juga musnah, kini sebagai gantinya semua pendekar telah terkurung lingkaran laba-laba luar biasa banyaknya.

MAWAR DARAH & HALILINTAR BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang