FEELING BLUE

101 15 2
                                    

~ SELAMAT MEMBACA ~

***

Perjalanan yang amat melelahkan. Jarak rumah dan panti sangat jauh dibandingkan dengan jarak dari apartemen menuju panti. Huft, Anne mendudukan dirinya yang sudah membersihkan diri dan menyuruh Jeff untuk segera membersihkan diri juga. Menyandarkan punggungnya yang terasa pegal dengan posisi kaki selonjoran Anne memainkan ponselnya. Tiba-tiba suara pintu terbuka memperlihatkan sosok Jeff dari walk in closet. Seperti biasa, kebiasaan buruk masih melekat kuat pada sosok yang sebentar lagi hendak jadi Ayah, melempar handuk yang digunakan setelah mengeringkan rambut pada sandaran sofa. Lalu ikut mendudukan diri disamping Anne.

Wajah itu masih tak bersahabat. Wajah masam dengan mulut yang selalu menjawab pertanyaan Anne dengan kalimat seadanya. Pria posesif dan pencemburu satu ini selalu menjadikan pria disekitar Anne sebagai ancaman.

Anne menatap Jeff dengan senyum terpatri dibibirnya, tapi pria itu menganggap bahwa senyuman itu adalah bentuk dari ejekan.

"Berhenti tersenyum seperti itu! Kau terlihat menyebalkan!"

"Benarkah?" Anne malah semakin ingin menanggapi.

Tak ada jawaban lagi dari mulut Jeff selain dia yang mengambil potongan buah diatas meja lalu memakannya dengan perasaan kesal.

"Pelan-pelan saja, nanti tersedak." Anne memperingati Jeff.

"Apa pedulimu!"

"Tentu aku peduli, aku ini istrimu."

"Huh!" Jeff menatap Anne dengan bibir mencibir. Dia terlihat seperti Wanita biang gossip. "Istriku, tapi membawa Jafar untuk dikenalkan kepada orang-orang."

"Demi Tuhan aku tidak mengenalkan Jafar sebagai suamiku, Jeff. Mulut Zoya memang seperti itu, dia selalu berbicara asal mengenai apapun."

"Apa aku tampan?" Tanya Jeff tiba-tiba.

"Tentu saja!"

"Lebih tampan aku tau Jafar?!"

Dia persis sekali seperti remaja labil yang membutuhkan validasi dari pacarnya.

"Tentu kau yang lebih tampan. Bagaimana bisa kau meragukan seleraku?"

Hanya karena satu pujian itu, wajah masam yang terpasang dengan cepat berubah seperti bunglon. Wajah itu terlihat tengah melawan rasa salah tingkahnya.

"Baby ... Look at your Daddy." Ucap Anne sambil mengusap-usap perutnya seraya bercerita terhadap buah hatinya tentang kelakuan Jeff yang seberti ABG yang mendapatkan pujian dari sang kekasih.

"Hi, Baby ... apa kau sudah tidur?" Jeff menyimpan kepalanya diatas pangkuan Anne dan menempatkan wajahnya tepat didepan perut Anne yang membuncit. Sesekali membubuhkan ciuman diperut Anne seakan sedang menaburkan kasih sayang.

"Sepertinya belum." Jawab Anne lembut sembari mengusap bahu kekar Jeff.

"Baby ... apakah kau senang hari ini berkunjung ke panti bertemu dengan Nenek dan banyak orang disana?" Tanya Jeff mencium perut buncit Anne lagi. "You know what? Today my love for your mommy is growing more and more. Melihat caranya berinteraksi, melihat bagaimana dia banyak melakukan kegiatan untuk membantu orang-orang yang sedang kesulitan, aku jadi semakin jatuh hati. Lahirlah untuk mewarisi banyak sifat baik dari Ibumu, ya. Jangan tumbuh serapuh aku."

"Tumbuh besar untuk menjadi sehebat Ayahmu, Dear. Dia pekerja keras, dia tak pernah kenal dengan kata menyerah, dia adalah orang yang bertanggung jawab, dia orang yang selalu disiplin dan dia adalah pria yang penuh dengan cinta." balas Anne.

The Savior GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang