HOME!

82 15 0
                                    

Pada hari setelah pertemuannya dengan Danielle disebuah pesta mewah bertabur tamu dari kalangan atas membuat Anne untuk pertama kalinya merasa benci terhadap seseorang melebihi kebenciannya terhadap Jeff dulu. Untuk pertama kalinya dalam hidup, Anne menobatkan seseorang sebagai musuh. Tidak ada persaingan didalamnya, tapi wanita bernama Danielle membuat Anne harap-harap cemas.

Bagaimanapun, Danielle adalah seorang anak konglomerat, keluarga terpandang itu dipenuhi oleh orang-orang yang dapat menghancurkan orang lain dalam satu kali telepon saja, mereka bisa membuat orang lain tunduk dibawah kekuasaannya, mereka dapat menghancurkan karir orang lain hanya dalam satu kedipan mata. Kalangan-kalangan atas tentu mengenal siapa wanita itu, tapi dengan dirinya? Kalau dia tak dinikahi seorang Jeffrey Hill Desimone, apalah dia?

Melihat wajah dan kepercaya dirian Danielle saja sudah membuat jiwa Anne sedikit meronta-ronta. Ada banyak resah yang timbul saat otaknya teringat kembali pada sosok Danielle. Sebuah keresahan yang bahkan Anne tak tahu alasannya apa?

Apakah dia memang merasa insecure terhadap wanita itu? Danielle sangat cantik.

Ataukah Anne merasa tersaingi?

Tersaingi? Padahal dia adalah pemenangnya.

Alasan lain Anne merasa—cemburu.

Jemarinya berhenti menyentuh permukaan ponsel yang ada pada genggamannya saat kedua rungunya menangkap sebuah suara dari arah pintu.

Suaminya telah kembali dari kencannya dengan tumpukan kertas.

Anne memasang senyum indah untuk menyambut kedatangan suaminya yang berwajah masam. Anne merentangkan kedua tangannya lebar-lebar dalam posisi berbaring menyambut Jeff untuk jatuh dalam pelukannya. Jeff turut serta masuk kedalam pelukan Anne dan merebahkan tubuh lelahnya sedikit menghimpit tubuh Anne dibawahnya. Jeff cerukkan wajah masamnya pada dada Anne.

Dia merasa lelah sekali menghadapi hari-hari yang sangat menguji emosinya habis-habisan. Ingin sekali menyembunyikan wajah masam bercampur lelah itu kala dia sampai di rumah, tapi memang penawarnya terletak pada Anne. Semua obat dari segala bentuk emosinya adalah wanita yang tengah erat memeluknya.

Usapan-usapan lembut Anne pada punggung tegap Jeff sangat menenangkan sang empu yang tampak tenang memejamkan mata.

"Apa hari ini sangat melelahkan?" Anne bertanya sembari mengusap rambut Jeff yang lepek hingga menutupi sebagian wajahnya. Anne menyisirnya pelan menggunakan jemarinya.

"Sangat." Hanya satu kata yang keluar dari mulut Jeff sebelum dia melanjutkan kebisuannya dalam dekapan Anne.

Anne akan membiarkan Jeff untuk menceritakan segala masalah yang terjadi hari ini setelah dia berhasil tenang.

Jeff mencerukkan wajahnya pada leher Anne, hingga membuat perempuan itu sedikit mendongak. Mengendus wangi dari tubuh Anne dapat memberinya sebuah relaksasi. Hanya dengan sebuah dekapan, beban berat itu terasa berguguran secara perlahan dari pundaknya. Anne adalah obat bagi segala gelisah yang membuatnya ingin terus berkeluh kesah. Anne mampu meredam segala marah yang menguasai jiwa hanya dengan menatap binar indahnya. Anne mampu mengendalikan segala takut yang berkuasa dalam dirinya hingga ia merasa tentram.

Anne masih dengan kegiatannya mengusap lembut punggung Jeff, rasa-rasanya jika dalam posisi ini Anne ingin menertawakan wanita gila bernama Danielle itu. Dia ingin mengatakan dengan lantang bahwa, 'aku adalah pemenangnya' dihadapan wanita itu. Geram sekali dengan tingkah laku wanita perusak moodnya.

"Kau terlalu erat memelukku, sayang." Jeff berkata pelan dalam dekapan kuatnya.

Anne sungguh tak menyadari bahwa pelukannya membuat Jeff sedikit sesak. Sungguh, jika mengingat wanita itu membuatnya mendidih. "Sorry." Anne mulai merenggangkan pelukannya.

The Savior GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang