THE WEAKEST POINT

143 22 8
                                    

~ SELAMAT MEMBACA ~

***

"Bangunlah. Ini sudah sangat siang." Julio membuka tirai dan membiarkan cahaya masuk menyinari ruang gelap gulita nan hampa.

"Siapa yang mengizinkanmu membuka tirainya, Julio?!" Tanya sang pemilik kamar dengan nada beratnya yang terdengar menyayat hati.

Disana Jeff sedang duduk diatas dinginnya lantai dengan bersandar pada tempat tidur ditemani sampah dari bekas rokok dan minuman keras.

"Apa kau tidak pergi ke kantor lagi?" Julio memberi penekanan pada kata akhir yang dia kuapkan.

"Tutup tirainya, brengsek!" Gelas martini yang berisi red wine digenggamannya melayang mendarat pada jendela dan berakhir pecah berserakan diatas lantai.

Ini sudah hari ke enam belas semenjak kepergian Anne dan pria dihadapan Julio sudah sangat mengkhawatirkan.

"Apa kau sudah makan?" Julio kembali bertanya dan memilih bersikap tenang walaupun kebungkaman Jeff membuat tangannya mengepal didalam saku celananya. Dia sangat tidak suka diabaikan seperti ini. Julio seperti sedang membujuk kekasih yang sedang merajuk. Ingin sekali melayangkan bogem tepat diwajahnya. Kalau saja bisa. Kalau saja. "Kau tak tidur lagi?"

"Bukan urusanmu!"

"Bukan urusanku? Kalau saja ini bukan karena—arghhh ... aku tidak sudi melakukannya! Aku muak sekali dengan sikap kekanak-kanakanmu itu Jeff!"

"Cih ... kekanakan kau bilang? Ya. Kau tidak akan tahu bagaimana rasanya ketika istrimu meninggalkanmu dalam keadaan dia sedang mengandung darah dagingmu. Kau tak akan tau sesakit apa, Julio. Kau juga tak akan tau sesakit apa ketika kau tidak mengetahui keberadaan istrimu, Julio. Sakit sekali." Katanya kembali tersedu-sedu. Jeff mengambil botol wine diatas nakas hendak meneguknya, tapi tangan Julio dengan gesit menahannya. 

"Anne sangat tidak menyukai ini. Dia akan sangat marah kalau tau kau kembali seperti ini."

"Dia telah meninggalkanku, Julio." Air matanya kembali mengalir.

"Kau seperti bukan Jeff yang kukenal. Ayolah ... kau bersusah payah mendapatkannya, kau mau begitu saja melepasnya?"

"Semua sudah kulakukan untuk mencarinya, tapi tidak ada tanda apapun."

"Ini baru dua minggu."

"Baru? Kau bilang baru?"

"Lalu kau akan menyerah sampai disini saja? Payah sekali." Julio mengangkat botol wine dan menyimpannya kembali diatas nakas. "Empat orang yang membawa truk ganja sudah ditemukan, turunlah." Julio menepuk pundak Jeff yang mendadak tegang dan kembali terlihat kilatan amarah pada kedua bola matanya, rahangnya kembali menegang. Entah apa yang akan dia lakukan pada orang yang telah membiarkan wanitanya pergi.

Julio turun dan melangkahkan kakinya menuju dapur. Mengambil botol air mineral pada lemari pendingin dan meminumnya hingga rasa dingin itu terasa mengalir ditenggorokannya. 

"Apa si bodoh itu kembali tak makan?"

"Ya, Tuan. Tidak ada yang mau masuk ke kamarnya, dia akan mengamuk kalau kami memasuki kamarnya. Hanya saja kemarin Adam berhasil membuatnya makan."

"Apa harus tua Bangka itu saja yang bisa membuatnya makan?"

"Selama satu minggu ini, ya."

"Beberapa orang juga tidak mau membersihkan kamarnya karena takut. Entah sudah berapa banyak baju kotor menumpuk di—"

"Dia bahkan tak mandi selama dua minggu ini kurasa." Julio memotong penjelasan kepala Maid. "Kau lihat saja tampilannya nanti saat dia turun. Bahkan badannya kurus seperti belalang sentadu." Maid hendak menguapkan tawa, tapi peresensi Jeff sudah berada dipertengahan tangga.

The Savior GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang