WHO'S GETTING MARRIED?

170 19 0
                                    

"Aku memiliki seorang Ibu. Aku juga akan menikah dalam waktu dekat."

"Siapa yang akan menikah?" Suara pria paruh baya bernama Alessandro Desimone itu telah terdengar tepat pada pijakan tangga terakhir. Langkahnya langsung mendekat kearah sang putra dengan sahabatnya yang sedang berbincang mengenai pernikahan.

"Dad, kau sudah bangun?" Katanya berbasa-basi.

Jafar hanya menyapa Tuan besarnya lalu mengedikkan kedua bahunya tanda tidak tahu. Jafar membawa langkah kakinya melenggang pergi guna memberi ruang untuk sepasang Ayah dan anak. Jafar sudah menemukan jawaban yang tepat dari gusarnya sebuah tindak tanduk Jeff berhari-hari ini. Katanya ingin segera ke rumah Ayahnya karena ingin membicarakan sesuatu yang penting, tapi saat Jafar bertanya, Jeff hanya diam membisu seolah itu adalah rahasia besarnya dengan sang Ayah.

"Aku ingin menikah, Dad."

Senyum indah langsung terlihat pada wajah Alessandro yang sudah tak lagi nampak muda. "Kau menyetujui perjodohan kemarin?" Tanyanya antusias.

"Perjodohan kemarin? Wanita yang kau jodohkan denganku kemarin sangat jelek, Dad. Aku memiliki wanita pilihanku sendiri."

Alessandro hanya membulatkan matanya saat mendengarkan penuturan sang putra. Putri dari rekan bisnisnya dimasukkan dalam kategori jelek? Wanita seperti apa yang sudah berhasil meluluhkan hati sekeras batu yang dimiliki putranya ini?

"Tak masalah. Yang penting kau tidak melajang seumur hidupmu, Son." Senyum itu tak pernah luntur saat putra kesayangannya mengatakan keinginannya untuk menikah. Selama ini hari-harinya ditikam gelisah sebab putra semata wayangnya memutuskan enggan untuk menikah. Saat menua umurnya nanti, putranya tidak sendiri. Setelah sekian lama dia berkelana dalam perjodohan yang diatur apik sedemikian rupa, tapi jawabannya tetap tegas 'tidak.' Kekhawatiran tentang terlambat menikah atau tidak menikah sama sekali bukanlah masalah utama, tapi dari hari ke hari sosok monster yang dia bangun didalam diri putranya semakin menjadi-jadi. Alessandro berpikir bahwa jiwa bersih itu sudah tersingkir terlalu jauh. Dia menyayangi Jeff begitu besar, dia tak ingin putranya larut dalam bisnis hitam yang telah dibesarkannya lalu berakhir mendekam didalam jeruji besi dan beralih profesi menjadi informan polisi. Mungkin saja dengan menikah kehidupannya sedikit demi sedikit kembali berwarna seperti Jeff kecilnya dulu.

Alessandro mengingat dengan jelas bagaimana kerasnya Jeff menolak saat dia memintanya untuk menikah sebelum kepindahannya menuju Manhattan.

Sore itu Alessandro meminta Jeff untuk menemaninya bersantai sambil menikmati senja di halaman belakang rumahnya, tapi pria berusia 29 tahun itu bersikukuh tidak mau duduk disamping Ayahnya. Pasalnya, Jeff sudah mengetahui perjodohan pertama kali yang diatur Ayahnya. Dia sudah menuruti perintah Ayahnya dengan mau menemui gadis yang menjadi pilihannya. Katanya, Jeff boleh menolak ataupun melanjutkan perjodohan itu jika Jeff memang mau, tapi saat jawaban yang dikemukakan Jeff adalah penolakan, Alessandro malah semakin menjadi-jadi menjodohkannya dengan putri dari rekan-rekannya.

Tak ada niat sedikitpun untuk membuka ajang perjodohan seperti ini, apalagi harus menawarkan putra semata wayang yang menjadi kebanggaannya kepada rekan-rekan bisnisnya untuk dijodohkan dengan putri mereka, tapi niat melajang seumur hidup yang dikemukakan oleh putranya itu membuat Alessandro harap-harap cemas. Kepada tangan siapa nanti perusahaan yang sudah susah payah dibangunnya hingga sebesar sekarang akan jatuh? Dengan siapa putranya itu akan menghabiskan sisa hidupnya kalau memilih untuk sendiri.

Jeff akhirnya duduk di kursi tepat disamping Ayahnya walaupun jauh dilubuk hatinya dia merasa enggan, tapi mengingat ada hal yang perlu dibicarakan juga dengan ayahnya dia memilih untuk mematuhi perintah sang Ayah. "Dad, bisakah aku tinggal di Manhattan bersama Julio dan Jafar?"

The Savior GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang