HOT NEWS

114 19 0
                                    

Saat ini Anne sudah berada di penghujung keputusan yang menurutnya tepat. Anne tidak mengetahui pasti bahwa hubungannya akan berhasil ataukah tidak, tapi Anne akan tetap melakukan yang terbaik supaya hubungannya tak berakhir pada penyesalan. Dalam hal ini Anne juga membutuhkan partner yang tepat untuk diajak bekerjasama. Semoga Jeff adalah pilihan yang tepat. Anne sudah selesai menulis kalimat demi kalimat yang perlu disetujui oleh Jeff sebagai kesepakatan pernikahan besok pagi sesuai persetujuan.

Sang pembebas Yerusalem mengatakan bukan kita yang memilih takdir, takdirlah yang memilih kita. Bagaimanapun, takdir bagaikan angin bagi seorang pemanah, kita selalu harus mencoba untuk membidik dan melesatkannya di saat yang paling tepat.

Begitulah kalimat-kalimat yang berputar-putar menari dengan indah mengisi pikiran Anne. Potongan kalimat yang pernah dia baca pada salah satu buku favoritnya. Pagi ini dia masih ditempat yang sama saat membuka mata. Ditempat ini segalanya berubah menjadi getir. Melesatkan anak panah dengan tepat sasaran adalah salah satu upaya Anne untuk tak menjadikan hidupnya semakin getir. Ya, sebuah syarat pernikahan.

Suara pintu diketuk sebanyak dua kali. Anne hanya menolehkan kepalanya melihat kearah pintu yang sudah menghadirkan seorang wanita yang setiap pagi mengantarkan sarapan untuknya.

"Sudah bangun?" Tanyanya saat kepalanya menyembul dan melihat Anne yang sudah duduk di sofa.

"Pagi ini aku tak bisa tidur lagi selepas ibadah seperti hari-hari sebelumnya, Ami."

"Ingin dibawakan sarapan kemari atau ikut sarapan dibawah? Tapi Tuan ingin kau ikut sarapan dibawah pagi ini."

"Setelah aku membersihkan diri, aku akan bergabung untuk sarapan," katanya memberi keputusan.

Gaun santai berlengan panjang telah membungkus eloknya rupa gadis berusia dua puluh tahun, rambutnya sudah dijadikan satu diangkat tinggi-tinggi hingga memperlihatkan lehernya.

Langkahnya menuruni anak tangga satu persatu menuju meja makan yang sudah menghadirkan seorang pria yang nampak sedang menunggunya.

"Maafkan aku, aku terlambat." Anne mendudukkan diri.

"Tak masalah, aku juga baru duduk disini," katanya berbohong.

"Kau hanya sarapan sendiri seperti ini setiap hari?"

"Ya, tapi tidak untuk pagi ini."

"Kenapa tidak mengajak Ami beserta teman-temannya supaya kau tak sendirian?"

Jeff memicingkan mata kearah Elly dan beberapa maid yang masih berada disana.

"Mereka bukan temanku."

Lagipula mereka tidak akan mau satu meja makan bersama Tuannya. Jelas Jeff juga merasa tak Sudi akan hal itu.

Anne memilih pancake untuk menu sarapan kali ini didampingi segelas susu almond.

"Ingin madu, Nona?"

"Kau tak perlu repot-repot, aku bisa mengambilnya sendiri."

"Itu tugas mereka Anne." Jeff berujar datar.

"Ahh ..." Anne menganggukkan kepalanya mengerti bahwa beginilah kehidupan orang-orang kaya.

Anne terlahir dari keluarga kaya, tapi kayanya Jeff benar-benar membuatnya pusing.

"Hari ini kau sudah mempunyai keputusan final, Anne?" Tanya Jeff setelah menyelesaikan sarapan.

"Ya. Aku juga sudah menulis syarat pernikahannya."

"Baik. Setelah ini Elly akan mengantarkanmu ke ruang kerjaku. Aku menunggu disana," katanya berdiri setelah melihat Anne telah menyelesaikan sarapannya juga.

The Savior GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang