Segera mengambil langkah untuk memasuki mobil yang sudah dibukakan pintunya oleh sang sopir pribadi. Sang sopir menutup pintu mobil kemudian beralih untuk duduk dikursi kemudi. Jafar sang sahabat yang sedari tadi menemaninya membuka pintu dan mendudukkan dirinya disamping sang pengemudi.
"Jalan." Jafar memberi perintah.
"Tunggu, Jafar." Jeff memberi intruksi yang sontak saja disetujui oleh sang pengemudi.
Jeff menurunkan kacanya dan memberi sedikit kode pada bodyguardnya yang senantiasa setia berdiri dipintu masuk yang langsung mendekat kearahnya.
"Kenapa dengan gadis itu?" tanyanya pelan pada sang bodyguard.
Gadis yang tidak dia ketahui namanya itu nampak bingung dalam kekalutannya. Entah apa yang terjadi. Pakaiannya nampak tak seperti wanita pada umumnya yang berkunjung ke tempat ini.
"Dia meminta bantuanku untuk mencari temannya. Dia mengatakan temannya terakhir kali bilang akan kesini bersama kekasihnya, tapi saat temannya itu menelepon hanya teriakan minta tolong yang terdengar." Ucap sang bodyguard menjelaskan secara garis besar masalah yang dimiliki si gadis gundah gulana.
"Lalu? Kenapa dia masih menangis dan berdiri disana?"
"Dia belum cukup umur, dia tak membawa kartu tanda pengenal dan dia tak memiliki cukup uang untuk masuk, Tuan." Sang Bodyguard memberi sedikit informasi yang membuat sang atasan tampak berpikir. Entah kenapa sudut hatinya ikut merasa bingung antara haruskah ia menolongnya ataukah tidak? Mendadak dia merasa sedikit iba. Padahal apa pedulinya?
Gerakan cepat tak terbaca itu segara membuka kembali pintu mobil yang tertutup."Kalian tunggu saja disini." Jeff memberi perintah kepada dua orang pria yang sudah duduk rapi didalam mobilnya.
"Tapi Jeff-" Jafar menginterupsi.
"Ikuti perintahku."
Ingin sekali Jafar mengumpat, tapi perintah Jeff adalah hal yang harus diikuti. Jafar hanya merasa sedikit heran saja kenapa seorang Jeffrey menanyakan tentang hal-hal yang tidak penting.
Jeff terlihat mendekati gadis yang sudah putus asa. "Ikutlah denganku," katanya menarik pergelangan tangan gadis itu.
Mata sembab itu menatap Jeff dengan tatapan menelisik setelah keterkejutannya karena ditarik secara tiba-tiba. Dia merasa tidak tahu dia sedang berdiri ditengah-tengah lingkungan yang seperti apa. Melihat orang-orang disini membuatnya sedikit ketakutan. Sepersekian detik dia menaruh curiga kepada orang asing yang menarik tangannya. Apakah ini pertanda sebuah pertolongan ataukah pertanda sinyal bahaya?
Merasa ditatap dengan tatapan curiga bercampur dengan ketakutan akhirnya Jeff memilih untuk kembali membuka suara. "Yang disana adalah bodyguardku," katanya memberitahu perempuan yang masih menatapnya dengan tatapan curiga. "Namanya Leo. Dia sudah menceritakan semuanya kepadaku. Aku harap bisa membantumu. Bagaimana wajah temanmu itu?" Pertanyaan itu keluar sebagai bentuk dari langkah pencarian.Gadis yang semula memasang badan waspada sontak saja menurunkan bahunya yang tegang. Lalu membuka galeri pada teleponnya. "Ini. Dia temanku. Aku sudah menghubunginya berulang kali, tapi tidak dapat dihubungi."
"Baik, kita akan mencarinya sampai ketemu jika memang dia ada disini. Siapa nama temanmu?"
"Olivia. Dia mengatakan kemari bersama kekasihnya."
"Tunggu sebentar. Ikut denganku." Dia berjalan kearah Leo yang sudah berjaga kembali dan juga beberapa bodyguardnya yang lain. "Apa kalian melihat orang ini masuk? Namanya Olivia. Coba cek semua nama yang datang."
Belum juga Leo beranjak, salah satu dari mereka menyahut ketika melihat sebuah foto yang ditampilkan dilayar ponsel. "Kupikir dia orang yang sama dengan yang kulihat tadi. Dia memakai dress berwarna biru."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Savior Girl
RomanceMenikah dengan Jeffrey Hill Desimone adalah sebuah pilihan yang berhubungan dengan kelangsungan hidup Ranée Shelva Malik. Ini hanya tentang asmaraloka yang tak sempurna. Tentang peliknya kasih dalam kisah. Tentang sebuah romansa yang mendamba bahagi...