~ SELAMAT MEMBACA ~
***
Sosok pria pemilik lidah yang tidak pernah merasa kelu sedikitpun saat mengucapkan banyak pujian untuk istrinya, dari belah bibir itu juga tak pernah dia merasa bosan untuk mengungkapkan rasa sayang dan cintanya terhadap sang dayita--bidadari duniaya yang telah sudi menjadi sumber mata air bagi dahaga kalbunya.
Seperti pagi ini entah sudah berapa kali Jeff mengatakan bahwa pujaan hatinya terlihat sangat cantik saat bersolek didepan cermin. Jeff masih tak percaya dengan sesosok gadis yang enam bulan lalu duduk dibalkon tengah berada dalam kegalauan, keresahan, kesedihan, kebencian, ketidak inginan, beribu penolakan dan pemberontakan yang berjalan beriringan membentur pada karakter gadis ceria menjadi melankolis.
Jeff menghela napasnya sembari tetap tersenyum mengingat bahwa kisah cintanya akan segera berubah. Siapa sangka? Bahkan Jeff saja tak menyangka.
Bukankah dulu saat pertama kali memasuki rumahnya, Anne selalu dirundung resah dan gelisah, tapi katanya, semalam dia mengakatakan bahwa dalam dekap Jeff segala bentu resah dan gelisah menguap sirna.
"Are you happy, wife?" Jeff bertanya sembari meletakkan kedua tangannya dipundak Anne yang sedang memakai eyeliner.
Anne sedikit tertawa. "Kau sudah bertanya 36 kali pagi ini, Jeff. Tentu saja aku bahagia. Happy life, happy wife." Jawabnya sembari memainkan kedua alisnya naik turun.
Jeff menatap kedua netra Anne yang berbinar cerah, seolah menggambarkan kebahagiaannya hari ini. Pada kedua bola matanya seolah terdapat sebuah telaga yang tengah mengalirkan sumber-sumber air menyegarkan.
"Aku tak sabar untuk bertemu Dad." Katanya menunjukan antusiasnya.
Semenjak menikah dengan Jeff, Awalnya Anne merasa sedikit takut dengan wajah sangar ayah dari pria yang menikahinya, tapi setelah mengobrol kala itu dia jadi tahu bahwa ayah Jeff begitu baik. Hingga hari ini dia menyandang sebagai seorang istri, Dad selalu menelepon Anne setiap harinya. Bertanya bagaimana kabarnya, apa saja kegiatannya, dan hal yang membuat Anne merasa beruntung adalah saat Dad menganggapnya sebagai putri, bukan sebagai seorang menantu. Dad juga sering mengatakan kepada Anne. 'Kalau suamimu itu membuatmu terluka kau laporkan saja padaku. Dad yang akan memberikan hukuman pada bocah itu. Kau mengerti?' Begitu katanya.
"Ya, dia juga selalu menanyakanmu padaku. Mungkin sekarang yang dianggap anak adalah kau, bukan akulagi." Kata pria yang masih berdiri dibelakang tubuh Anne sembari mencebik.
Tak cocok sekali wajah galak itu mencebik lucu.
"Kau merasa memiliki saingan, begitu?"
"Entahlah, tapi Dad sepertinya lebih menyayangimu sekarang."
"Tak usah mencebik begitu, kau tak cocok." kata Anne mengejek.
Menghadapi ejekan-ejekan Alessandro saja dia sudah sangat pening, tapi ternyata istrinya ini memiliki sifat yang sebelas-dua belas dengan Ayahnya. Apa kepala Jeff dijamin akan baik-baik saja menghadapi dua orang menjengkelkan seperti ini? Tapi apalah daya bagaimanapun mereka, Kecintaan Jeff lebih besar dari pada rasa jengkel itu.
"Okay, Wife. Karena semua sudah siap, kita akan berangkat sekarang."
"Hanya kita berdua?"
"Bersama Adam, sayang."
Jeff mengulurkan tangan untuk menggenggam tangan Anne.
"Baiklah." Jawab Anne sembari menerima uluran tangan Jeff.
"Kau sudah meminta izin Julio dan Jafar?" Tanya Anne pelan saat keluar dari dalam lift.
"Sudah."
"Lalu ... bagaimana respons mereka?" Anne menatap lekat wajah Jeff, merasa penasaran dengan reaksi yang diberikan Jafar dan Julio.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Savior Girl
RomanceMenikah dengan Jeffrey Hill Desimone adalah sebuah pilihan yang berhubungan dengan kelangsungan hidup Ranée Shelva Malik. Ini hanya tentang asmaraloka yang tak sempurna. Tentang peliknya kasih dalam kisah. Tentang sebuah romansa yang mendamba bahagi...