[4] : Hello, Paris!

3K 185 7
                                    

"Ini indah. Sangat indah."lirih gadis tersebut ketika matanya dibuka dari penutup mata yang menutupi matanya sedari tadi.

Pria dibelakangnya mengukir senyuman diwajah tampannya, "Kau suka, sayang?"tanyanya seraya memeluk erat pinggang sang kekasih dari posisi belakang.

Gadis itu, Michelle, namanya, mengangguk perlahan. Ia bukan hanya menyukainya, namun sangat menyukainya.

Sebuah pemandangan indah diatas jembatan yang paling terkenal di Paris. Jembatan Archeveche atau biasanya disebut sebagai jembatan gembok cinta.

Mungkin akan terlihat biasa saja jika tidak ada lampu LED yang diatur sedemikian rupa hingga membentuk sebuah tulisan yang terlihat membentang diatas air danau luas indah ini.

'HAPPY BIRTHDAY, MY ANGEL & HAPPY 1'ST ANNIVERSARY, BABY.'

Rasanya, air mata wanita manapun pasti akan menetes ketika melihat semua ini. Pria yang kau cintai, seolah menunjukkan pada semua orang didunia ini, betapa ia mencintaimu, betapa kau berharga dan berarti untuknya.

Perlahan Michelle membalikkan tubuhnya, menyentuh lembut pipi Kevin dan memberikan sebuah kecupan singkat dibibir pria tersebut. "I Love You. Love You so much."bisiknya.

Kevin seolah tersenyum puas mendengarnya. Ia menarik wajah Michelle, mengecup bibirnya sangat lama. Ia tak khawatir ada yang melihatnya atau apapun itu, karena seluruh tempat ini sudah disterilkan atau dengan kata lain, tak akan ada satu orang disini selain mereka berdua. "You are My Everything, My World. Don't leave me, okay?"ucapnya disela kecupannya.

Michelle menghentikan ciuman panas itu. Ia tertawa ketika mendengar sang kekasih mengatakan itu padanya. "Tidak ada yang tahu takdirnya, Vin. No one knows it."katanya pelan.

Ia melepaskan pelukan Kevin dari tubuhnya, melangkah sedikit mundur darinya. "Ketika Tuhan menakdirkan kita bersama, maka kita akan tetap bersama. Namun ketika ia menggariskan takdir untuk memisahkan kita, maka kita pasti akan terpisah."lanjutnya.

Kevin menaikkan telunjuknya tepat didepan bibir Michelle. "Ssst! Tidak akan ada yang bisa memisahkan kita. Bahkan jika perlu, aku akan melawan takdir jika memang diperlukan."kata Kevin dengan nada serius.

Michelle menggelengkan perlahan kepalanya dan bergumam, "Kau tak akan bisa melawan takdir. Tak akan bisa. Namun, percayalah, selama aku masih bernapas, maka aku hanya akan tetap mencintaimu. Hanya kamu."

Kevin mendengus kesal, "Lupakan masalah takdir. Yang terpenting, adalah sekarang kamu mencintaiku, aku juga mencintaimu." Ia berhenti sejenak, meraih sebuah kunci dan gembok dari saku mantel tebal yang dikenakannya, lalu melanjutkan, "Lihatlah, aku telah menyiapkan ini untuk kita."

Michelle mengangkat sebelah alis matanya, menatap heran pada Kevin, "Untuk apa?"tanyanya.

Kevin tersenyum tipis. Tanpa mengatakan apapun, ia sedikit membungkukkan tubuhnya, menggerakkan sedikit tangannya disana. "Selesai."serunya seraya menegakkan kembali posisinya.

Michelle mencoba untuk melihat apa yang dilakukan Kevin untuknya. Gembok itu telah terkunci sempurna ditiang jembatan. Dan digembok tersebut terukir namanya dan Kevin. Michelle melirik Kevin dan tersenyum pelan padanya. "Ini kuncinya. Kamu buang kunci ini ke dalam air itu, biar tak ada satupun yang dapat membuka gembok ini lagi."pinta Kevin.

Michelle pun meraih kuncinya dan dengan satu gerakan, kunci itu menghilang dari balik air danau yang tenang. Kevin tersenyum puas melihat kunci tersebut benar-benar sudah menghilang, tak terlihat olehnya lagi.

Tangannya perlahan bergerak, menarik tubuh Michelle kedalam dekapannya, memeluknya dengan erat. Begitupun Michelle, tangannya memeluk leher Kevin dengan erat. "Mulai dari hari ini, selamanya, hanya ada aku dan kamu. Hanya ada kita."bisik Kevin pelan pada Michelle seraya mempererat pelukannya.

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang