[7] : ADIK

3K 178 2
                                    

Wina, Austria

Ketika jet itu mendarat tepat di Bandar udara Schwechat, Kevin melangkah menuruni tangga jetnya. Sebuah mobil BMW hitam, degan pintu terbuka, telah terparkir tak jauh dari posisi jetnya dan sang supir juga sudah menanti disana. "Selamat datang, Sir."sapanya.

Kevin hanya menatapnya dengan tatapan datar dan melangkah masuk kedalam mobil. Ia lelah. Sangat lelah saat ini. Ia hanya ingin pergi ke rumah sang Bunda dan menemui adik serta bundanya, lalu kembali ke Paris besok siang. Begitulah semua rencananya. Pekerjaannya tak bisa ia tinggalkan terlalu lama.

Mobilnya akhirnya melaju pergi meninggalkan bandar udara, melalui pintu besar lapang udara, tempat jetnya akan diparkir hingga esok harinya.

*****

Kevin melangkahkan kakinya, menuruni mobil BMW hitamnya, lalu melangkah memasuki rumah sang bunda.

Ia bahkan tidak melupakan sedikit pun tentang rumah ini. Tidak sedikitpun. Semuanya masih tetap ada pada memorinya. Meskipun telah berlalu 10 tahun sejak terakhir kalinya ia berkunjung ke rumah ini.

Setelah sang ayah meninggal diusianya yang ke 35 tahun karena kecelakaan, dan Kevin, saat itu bahkan baru berusia 6 tahun, sang bunda pindah dan menetap di Wina, Austria. Sang bunda tidak menikah lagi, meskipun saat itu sang bunda baru berusia 32 tahun. Ya, cukup muda untuk menikah lagi. Namun, tidak pernah dan tidak akan pernah dilakukannya.

Kevin, dia tak pernah diijinkan untuk ikut pindah dengan sang bunda oleh sang kakek. Dengan alasan, Kevin adalah satu-satunya darah daging keluarga Emerald, sang kakek menahan dirinya, membuatnya tidak pernah melihat wajah sang bunda. Sedikit yang Kevin yakini adalah pernikahan kedua orang tuanya tak pernah mendapat restu dikeluarga sang ayah. Namun, akhirnya, diusianya yang ke 13, ketika sang kakek meninggal, ia bertemu lagi dengan sang bunda dengan bantuan Alex.

Dan Kevin mendapat sedikit kejutan saat itu. Ya, ia baru tahu, bahwa ia telah memiliki seorang adik. Adik perempuan, lebih tepatnya. Meskipun akhirnya ia cukup sedih saat tahu, gadis itu, hanyalah adik angkatnya.

Sebuah tangan menyentuh pelan pundaknya, membuatnya sedikit tersentak kaget dan lamuan sesaatnya buyar. "Kau sudah tiba, sayang. Bunda senang melihatmu."ucap Diana seraya menarik perlahan tubuh Kevin kedalam pelukannya.

Kevin membalas pelukan sang bunda, menenggelamkan kepalanya kedalam lekukan leher bundanya, berharap dapat menemukan sedikit kehangatan untuk dirinya yang dingin kini. "Aku tak akan lama."gumamnya pelan.

Perlahan, Diana merenggangkan pelukannya. Tangannya bergerak menyentuh pipi Kevin dan tersenyum pelan. "Jadi, kau kembali hanya untuk adikmu? Tidak untukku?"tanyanya.

Kevin menganggukkan kepalanya perlahan. "Aku merindukannya."tuturnya.

Diana tersenyum tipis. Matanya kemudian menatap kearah putrinya yang duduk diayunan perkarangan rumahnya. "Kalau begitu, temuilah dia. Dia pasti akan sangat senang jika tahu kau datang hanya untuknya."kata Diana sembari berjalan pergi, meninggalkan Kevin sendiri. Saat ini, ia tahu, kedua anaknya butuh waktu untuk saling melepas rindu dulu tanpa dirinya.

Setelah sang bunda berjalan naik keatas, Kevin berbalik. Matanya kembali menatap kearah adiknya. Tangannya kemudian perlahan mendorong pintunya kesamping.

Klek!

Suara pintu itu membuat adiknya sedikit menoleh. "Siapa disana?"tanyanya pelan.

Kevin tak menjawabnya. Hanya tetap memilih melangkah mendekat kearahnya. Ia tahu, jika ia tak bersuara, mungkin ia dapat memberi sedikit kejutan kecil untuk adiknya.

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang