[78] : Takkan Ada Cinta Lainnya Lagi

2.1K 230 16
                                    

#275 in Romance
103k views & 12.3k votes
- 06 Agustus 2017 -

.

.

.

.

.

Happy reading!

.

.

.

.

.

Kevin sedikit meringis kala sesuatu terasa menyentuh bagian wajahnya. Dibalik kedua matanya yang masih tertutup, Kevin menyadari bahwa rasa perih itu muncul karena seseorang sedang mengobati lukanya. Ada aroma alkohol yang tercium.

Kesadarannya pun perlahan datang dan berakhir dengan dibukanya dengan sempurna kedua matanya.

"Sangat perih?"

Ia segera menoleh menatap kearah asal suara itu bertanya. Tampaklah Mila dengan sebelah tangannya yang memegang kapas dan sebelahnya lagi memegang sebotol alkohol.

Kevin kemudian menatap sekelilingnya dan ia menyadari keberadaannya kini. Ia sadar bahwa ia kini sedang terbaring diatas tempat tidur kamar.

Samar-samar, ia pun dapat mengingat kejadian sebelumnya.

'Lalu, bagaimana jika kukatakan bahwa aku sedang hamil, Kak?'

Kevin pun kembali menoleh menatap sosok istrinya yang sedang duduk ditepian tempat tidur seraya menatap lekat padanya itu.

Perlahan, ia pun bangkit dari posisi tidurnya itu dan memilih duduk bersandar pada tepian tempat tidur, meski ia merasakan tubuhnya sedikit sakit kala digerakkan. Mungkin ini karena pukulan sosok Jovan tadi padanya.

"Jawab yang jujur padaku, Mila." Kevin menatap penuh selidik pada sosok wanita dihadapannya itu.

Mila sedikit menghelakan napasnya dengan berat. Ia pun meletakkan kapas dan botol alkohol ditangannya keatas meja nakas didekatnya.

"Tentang apa?" Mila bergumam pelan.

Kevin sedikit mendengus. "Sayang, kamu jelas tahu tentang apa itu. Apa itu benar?"

"Tentang kehamilanku?" Mila bertanya dengan nada suara pelan.

Kevin memberikan anggukkan kecil. "Mila, jangan berbohong hanya karena ingin mempertahankan hubungan kita. Ini-"

"Salah? Kamu ingin mengatakan itu?" sergah Mila bahkan sebelum Kevin menyelesaikan perkataannya.

Kevin menghembuskan napasnya dengan frustasi. Ia kemudian meraih tangan Mila, menggenggamnya dengan erat.

"Sayang, aku paham jika kamu juga ingin berjuang untuk hubungan ini. Namun, dengan berbohong tentang kehamilanmu, itu bukanlah jalan keluarnya."

Mila pun sedikit menunduk dan menghelakan napasnya dengan berat.

"Jadi, apa kamu benar-benar hamil, sayang?"

Mila mengangkat kembali kepalanya, mengigit perlahan bibirnya seraya menatap nanar pada sepasang bola mata yang juga menatapnya itu dan kemudian menggelengkan perlahan kepalanya.

Kevin mendengus frustasi kala melihat Mila menggelengkan kepalanya. Ia sudah menduganya.

"Sayang, lalu kenapa kamu berkata pada semua orang bahwa kamu hamil? Kamu tahu, itu artinya kamu sudah membohongi semuanya." Kevin mendesah pelan.

"Apa aku punya pilihan lain?" Mila melirih pelan. "Kak Jovan tak memberiku pilihan, Kevin, selain berbohong padanya. Aku tak ingin dia memisahkan kita lagi. Apa semua perpisahan yang kita alami selama ini belum cukup?"

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang