[43] : Perlahan

2.1K 187 24
                                    

Klek!

Mila mendorong perlahan pintu kamarnya dan melangkah masuk kedalamnya.

Matanya segera menemukan sosok Kevin didekat jendela. Pria itu tampak sedang menatap keluar jendela kamar dengan ponsel yang terlihat pula berada di sebelah telinganya.

"Ya. Lebih baik sertakan juga dokumen itu."ucapnya pada sesosok dibalik telponnya itu.

Untuk sesaat, Mila menggelengkan kepalanya menatap sosok Kevin yang kini berdiri membelakanginya. Ia ragu bila sosok pria tersebut menyadari kehadirannya.

Pria itu bahkan belum mengganti bajunya padahal ia masuk kedalam kamar telah hampir 30 menit lamanya.

Terlihat, bahkan dasinya masih terpasang rapi di kemeja yang dikenakannya itu.

Perlahan, ia melangkah mendekati sosok pria itu. Ia menatap sesaat pada sosok pria yang terkadang membuat ia bertanya, apakah dirinya sanggup untuk berhenti mencintai sosok tersebut?

Cukup lama, dan pria itu sepertinya tetap tak menyadari kehadirannya. Membuatnya dengan terpaksa memutar paksa badan pria itu dengan memutar bahunya. Membuat pria itu kini berhadapan langsung dengannya.

Kevin, ia sedikit kaget kala tubuhnya diputar paksa oleh sosok Mila. Membuatnya kini berhadap-hadapan dengan wanita itu.

Awalnya, ia merasa bingung. Namun, ksmudian ia mengerti. Dengan telaten, Mila membuka dasi yang masih terpasang dikemeja yang dikenakannya.

Untuk sesaat, ia menatap tanpa berkata apapun pada sosok yang kini dihadapannya itu. Wanita itu sedang melepaskan dasinya, namun, menolak untuk menatapnya.

"Sir?"

Suara Jim dari balik telponnya, menyadarkannya.

"Kita akan bahas lagi besok dalam rapat, Jim."gumam Kevin seraya mengakhiri telponnya itu.

Selesai melepaskan dasi Kevin, Mila pun berbalik dan berniat melangkah pergi. Namun, apalah dayanya kala pergelangan tangannya ditahan oleh Kevin.

Ia pun berbalik dan menatap sosok wajah Kevin.

"Maaf."gumam Kevin seraya melepaskan pergelangan tangan Mila. "Maafkan aku karena berteriak keras padamu tadi pagi."lanjutnya.

Mila menganggukkan pelan kepalanya. "Aku juga minta maaf karena melakukan hal yang sama padamu."ucapnya kemudian berbalik dan melangkah perlahan kearah pintu.

"Ingat pertanyaanmu tentang apakah sikapku berubah padamu hanya karena aku merasa kasihan dan iba padamu?"

Suara Kevin berhasil menghentikan tangan Mila untuk membuka pintu kamar.

"Beberapa hari ini, itu sangat menganggu pikiranku. Itu sangat mengacaukanku. Dan semua bertambah mengacaukanku karena setelahnya, kau mulai mengabaikanku."gumam Kevin seraya matanya memandang jauh keluar kaca jendela kamar.

Mila diam sesaat ditempatnya. Membiarkan dirinya mendengar semua perkataan Kevin saat ini. Meski sesungguhnya, hatinya takut untuk mengetahui jawaban yang akan diberikan padanya.

Kevin sedikit menoleh ke belakang. Sudut bibirnya sedikit terangkat melihat sosok Mila yang masih berdiri didekat pintu. "Namun, akhirnya aku telah menemukan jawabannya."gumamnya.

Mila berbalik perlahan dan menatap sosok Kevin yang juga sedang tersenyum tipis menatapnya.

"Aku akan memberimu jawabannya setelah makan malam nanti."ucap Kevin kemudian seraya melangkah ke ruang walk in closet.

Untuk sesaat, Mila masih berdiri diam ditempatnya. Ia sedang memikirkan mungkinkah hatinya sanggup untuk mengetahui semuanya. Mengetahui bahwa pria itu memang hanya mengasihaninya selama ini.

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang