[50] : Rindu?

2.1K 195 14
                                    

#470 in Romance
72.1k views & 6.56k votes
- 23 Juni 2017 -

Happy reading!

.

.

.

Suara derit pintu terdengar kala Mila membuka perlahan pintu kaca yang menghubungkan antar kamarnya dengan balkon.

Hembusan angin malam perlahan terhembus kearahnya. Membuat tangannya pun bergerak memeluk sendiri sesaat tubuhnya.

Udara malam yang dingin di Jakarta tentu tak dapat dibandingkan dengan udara dingin di Paris. Dan bila saat ini ia ada di Paris, maka ia pasti memilih untuk tidak meninggalkan kehangatan yang ada dalam apartemen milik Kevin pada malam seperti ini.

Memikirkannya, membuat Mila seketika merindukan sosok pria itu. Masih sangat terasa bagaimana keduanya saat mengobrol ditempat ini beberapa hari sebelumnya. Dan itu dilakukan keduanya secara rutin selama seminggu sejak mereka tiba disini.

Ini baru malam pertama keduanya tidak dapat berbincang lagi dibalkon kamarnya itu. Pria itu telah pergi sore tadi. Dan ini baru sekitar 4 jam sejak ia tak dapat melihat sosok pria tersebut.

Ingin rasanya ia menelpon pria itu sekarang juga. Hanya saja, saat ini, pria itu pasti belum mendarat di Paris.

'Aku akan menelponmu setelah aku mendarat nanti. Jadi, jangan khawatir.'

Bayangan ucapan pria itu masih begitu jelas bergeming dibenaknya.

Meski pria itu telah berjanji akan menghubunginya nanti saat ia mendarat, namun, rasa rindunya itu benar-benar menganggunya. Dan ia tak ada pilihan selain menahannya. Setidaknya, hingga 12 jam kedepan sebelum ia dapat mendengar suara pria itu lagi.

Ia sedikit menarik napasnya sebelum menghelakannya dengan berat. Matanya kini bergerak menatap keatas langit malam. "Aku sangat merindukanmu."gumamnya pelan.

"Merindukan siapa?"

Suara itu seketika membuatnya tersentak kaget dan semua lamuannya itu pun buyar.

Ia segera menolehkan kepalanya kesamping dan mendapati sosok sang Kakak yang ternyata telah mengagetkannya. "Kak Jovan."pekiknya dengan nada kesal.

Jovan tertawa kecil kala melihat kekagetan diwajah sang Adik dan kekesalan padanya kini. "Maaf. Aku mengagetkanmu?"tanyanya dengan nada seolah tak bersalah.

Mila mendengus kesal mendengar pertanyaan yang baru saja dilontarkan sang Kakak. "Menurutmu?"gumamnya dengan nada yang masih terdengar kesal.

Bukannya merasa bersalah, Jovan semakin tertawa melihat kekesalan sang Adik. Ia pun mengerakkan tangannya dan mengacak rambut sang Adik.

Membuat sosok sang Adik kembali memekik kesal. "Kakak! Kau menyebalkan!"pekiknya.

"Aku suka membuatmu kesal."ucap Jovan. "Kau tampak sangat manis ketika sedang kesal."

Mila tak menghiraukan ucapan sang Kakak. Ia sedang merindukan sosok Kevin. Itu telah sangat mengganggunya. Dan sekarang sang Kakak justru menambahnya dengan membuatnya kesal.

Melihat sang Adik yang tampak diam, tak menghiraukan candaannya itu dan memilih menatap kearah lain, membuatnya yakin bahwa ada yang sedang dipikirkannya.

"Aku telah mengetuk pintu kamarmu tadi. Namun, kau tidak memberikan respon."jelas Jovan. "Jadi, aku pun memilih masuk saja. Apa kau marah?"

Mila menghelakan napasnya. Bagaimana mungkin ia dapat marah pada sang Kakak. Sebagaimana menyebalkan sang Kakak bersikap sekali pun, pria itu tetap adalah Kakaknya. Dan ia sangat menyayanginya.

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang