[39] : Kedatangan Jovan

2.2K 175 9
                                    

Kala matahari perlahan mulai menampakkan rupanya, sinar terang cahayanya juga perlahan mulai menyelinap masuk kedalam kamar tidur dimana dua sosok insan manusia yang masih terlelap nyenyak dalam tidurnya diatas tempat tidur berukuran king-size.

Saat sinar matahari mengenai tepat diwajahnya, membuatnya pun perlahan mulai mengerjapkan kedua matanya. Butuh beberapa waktu sebelum akhirnya kedua matanya itu terbuka dengan sempurna.

Langit-langit kamar berwarna putih bersih menjadi hal pertama yang ditatapnya kala matanya telah terbuka sempurna.

Bola matanya kemudian melirik kearah jam kecil yang terletak dimeja nakas sebelahnya. Jam menunjukkan pukul 6 pagi. Syukurlah, ia tak bangun terlambat pagi ini. Mengingat kemarin malam, ia memiliki malam yang panjang sebelum akhirnya ia dapat terlelap.

Ia lalu memutar sedikit kepalanya kesamping dan menemukan sesosok yang masih tampak terlelap dalam tidurnya.

Untuk beberapa saat, ia hanya diam dan menatap pria disebelahnya itu. Mulai dari ujung rambutnya. Pria itu memiliki rambut tak hitam sepenuhnya. Ada sedikit sentuhan berwarna coklat. Mungkin karena pria itu mewarnai rambutnya atau mungkin ia memang memilikinya sejak lahir. Entahlah. Namun, ini sesuatu yang baru tentangnya.

Pria itu juga memiliki alis mata yang cukup tebal, yang selalu mampu mempertegas matanya. Bulu matanya juga tampak cukup panjang dan melentik. Dan itu selalu membuat kedua matanya tampak sempurna.

Hidung. Mila tak akan meragukan hidung pria itu. Dengan darah Perancis yang cukup kental dalam darahnya, tak heran jika ia memiliki hidung yang mancung.

Bibirnya. Entahlah, bibir itu tampak seolah terpahat indan dan menawan. Memikirkan bahwa bibir tersebut pernah mengecupnya dua kali, seketika membuat jantungnya berdetak dua kali lebih cepat daripada biasanya.

Ia menggelengkan kuat kepalanya agar tak lagi mengingat hal-hal yang cukup intim dan memalukan itu. Ya, memalukan. Bahkan sangat memalukan, menurutnya.

"Aku tahu bahwa aku tampan. Jadi, berhentilah menatapku."suara parau Kevin, khas bangun tidur, sontak saja membuatnya kaget dan memalingkan wajahnya kearah lain.

"Apa kau selalu diam-diam menatapku saat aku tertidur?"

Pertanyaan itu seketika membuat Mila kembali berbalik dan berniat membantahnya. Namun, niatnya itu terurungkan kala melihat kedua bola mata Pria Arogan dan Dingin itu menguncinya.

Ia terdiam dan terlena untuk beberapa saat. Pria itu mungkin selalu tampak dingin dan misterius. Namun, matanya seolah menggambarkan sesuatu yang berbeda. Dan itu seolah melukiskan sosok yang lebih nyata akan dirinya yang sesungguhnya.

Membuatnya perlahan mulai mempertanyakan pula, mungkinkah ia mampu menembus dinding pertahanan pria dihadapannya ini suatu hari nanti? Atau selamanya mereka hanya akan dapat menatap asing satu sama lain?

Tidak hanya Mila, Kevin, ia juga larut dalam suasana tersebut beberapa saat. Ada sesuatu yang membuatnya tak mampu untuk mengalihkan pandangan matanya saat ini.

Kedua mata dihadapannya kini, seolah menghentikan segalanya termasuk waktu yang berjalan.

Ini aneh. Namun, kedua mata itu memang tak menggambarkan sedikitpun bayangan sosok sang Kekasih, Michelle. Mata itu, ia tak lagi mengingatkan sedikit pun tentang sosok Michelle-nya pada dirinya. Namun, mengapa ia seolah terkunci dengan tatapan mata itu?

Mungkinkah hatinya mulai terbuka untuk wanita dihadapannya kini?

Ia segera memalingkan wajahnya kearah lain. Begitu pula Mila. Keduanya kini sama-sama tenggelam dalam suasana diam dengan mata masing-masing menatap kearah yang berlawanan.

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang