[87] : Our Happiness

3.2K 208 37
                                    

#654 in Romance
135k views & 14.9k votes
- 11 November 2017 -

.

.

.

.

.

Selamat malam minggu and Happy Reading!

.

.

.

.

.

Katanya, cinta harus saling menunggu satu sama lain. Katanya, cinta harus dapat saling menguatkan. Dan katanya, hanya cinta yang kuatlah yang akan bertahan hingga akhir.

.

.

.

Mila melangkahkan kakinya perlahan masuk kedalam ruangan yang didominasi warna putih itu.

Hanya terdengar suara derit pintu serta suara dari bunyi alat-alat medis yang ada dalam ruangan steril tersebut.

Namun, suara dari bunyi alat medis yang sangat keras dan menyakitkan telinganya itu, sedikit pun tak membuat kedua bola mata Mila untuk beralih dari pandangan matanya menatap sosok pria yang sedang terbaring disana.

Mila pun melangkahkan kakinya perlahan untuk mendekat pada sosok prianya itu.

Di setiap langkahnya itu, detakan jantungnya seolah berdetak semakin melambat.

Bayangan bahwa ia mungkin akan melihat sosok pria yang teramat ia cintai itu, sosok pria yang entah bagaimana caranya mampu menjadi sosok yang begitu penting dalam hidupnya kini, terbaring tak berdaya bahkan tak sadarkan diri, sungguh semakin membuatnya merasa takut.

Dan langkah yang berkisar sekitar hanya 10 langkah itu pun akhirnya berhenti tepat disebelah tempat tidur sosok prianya itu terbaring.

Mila menghelakan napasnya dengan berat sekaligus ada kelegaan yang terdengar terkandung didalamnya.

Sosok prianya itu setidaknya masih bernapas dan juga ia tidaklah tampak sangat tidak berdaya.

Hanya, half-naked. Dengan perban putih yang membaluti tubuhnya mulai dari dada hingga perut bagian atasnya.

Dan juga sebuah ventilator yang terpasang padanya beserta beberapa alat detector yang terpasang di tubuhnya.

Mila menggerakkan perlahan tangannya menyentuh punggung tangan sosok prianya itu seraya menahan isakan tangis dibalik kedua bibirnya yang mengatup rapat.

Kehangatan tangan sosok prianya itu sekali lagi meleburkan segalanya dan tangisnya pun pecah tanpa mampu ia tahan.

Kakinya yang terasa seolah melemas pun akhirnya membuatnya berakhir dengan terduduk keatas lantai.

Ketakutan terbesar dalam hidupnya baru saja ia lalui. Melihat sosok prianya tertembak, dilumuri darah, tak sadarkan diri hingga dibawa masuk kedalam ruang operasi. Ini semua sungguh sangat menakutkan untuknya.

Namun, semua sudah berlalu. Dan kini ia menangis bersyukur bahwa semua sudah berlalu. Semua sudah berakhir. Ketakutan terbesarnya akhirnya berakhir.

"Ja-jangan menangis."

Suara serak parau itu seketika membuat Mila berhenti terisak. Perlahan ia mengangkat kepalanya dan menatap kearah sosok prianya itu.

Dan entah sejak kapan, kedua mata sosok prianya itu telah terbuka dan menatapnya.

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang