[12] : Helikopter.

2.3K 201 14
                                    

"Untuk apa?"tanya Mila setelah rasa kagetnya sedikit berkurang.

"Bertemu bunda dan adikku. Setelah itu, mungkin kita akan ke Indonesia untuk menemui keluargamu jika kau menginginkannya."jawab Kevin dengan nada santainya. Ia seolah tak merasa terbebani saat menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.

Mila menyandarkan punggungnya dikursi. Ia menghela napasnya dengan berat lalu menggelengkan kepalanya, "Aku tak mau."katanya kemudian.

"Tidak ada penolakkan, Miss Mila."ucap Kevin dengan nada pelan.

Mila kini lebih memilih diam lagi dan mengacuhkannya. Apa ada gunanya jika ia berdebat dengan pria pemaksa seperti pria dihadapannya ini? Ini hanya akan menghabiskan tenaganya saja. Karena seberapa banyak mereka berdebat, pria itu tak akan mengalah sedikitpun. Dia sungguh menyebalkan, keras kepala dan pemaksa. Dalam hati kecilnya, ia mulai menerka, siapa saja gadis yang begitu sial pernah menjadi kekasih bosnya ini? Apa hanya dirinya?

Matanya kemudian bergerak menatap kearah pesanan Kevin yang telah datang dan diletakkan diatas meja mereka. "Merci."ucap Kevin.

"Profitez de votre nourriture."balas pelayan tersebut dengan nada ramah dan kemudian berjalan pergi.

Mila mulai menggerakkan pisau dan garpunya. "Mr. Kevin, apa kau berencana meracuniku?"tanyanya dengan nada kesal.

Kevin memotong steak diatas piring miliknya dan kemudian memasukkannya kedalam mulut. "Tidak akan meskipun kau menginginkannya."katanya diselanya mengunyah makanan dalam mulutnya.

"Lalu, kenapa kau memberiku makanan gosong seperti ini?"katanya semakin kesal. Ia meletakkan kembali garpu dan pisaunya. Selera makanannya mendadak menghilang melihat steak gosong dihadapannya kini.

"Makanan yang sama, apa aku mati setelah menelannya?"ucap Kevin dengan nada santai seraya kembali memasukkan sepotong steak kedalam mulutnya.

Mila menghela napasnya dengan berat. "Aku mendadak menjadi tak berselera makan. Kau saja yang makan."ucapnya.

Tangan Kevin bergerak meraih gelas minumannya dan sedikit menyesapnya. "Pelayan tadi memintamu untuk menikmatinya. Jadi, makanlah. Setelah ini, masih ada hari yang panjang."kata Kevin.

Kevin, ia terlihat cuek dan tak peduli meskipun Mila mengatakan ia tak akan makan. Entahlah, apakah dia memang tak peduli atau dia yakin Mila akan memakannya tanpa ia minta untuk kedua kalinya. Ya, Mila memang kini melahapnya. Kata bahwa, 'Setelah ini, masih ada hari yang panjang.' seolah mampu menghipnotisnya.

Dan, makan siang itu berakhir dengan sempurna. Tanpa perdebatan lagi. Hanya ada keheningan.

*****

Keheningan tanpa perdebatan itu sepertinya bertahan hingga mobil BMW hitam milik Kevin parkir dipintu masuk perusahaannya.

Kevin mendesah dengan berat. Awalnya, mungkin ia lebih menyukai bila gadis yang duduk disampingnya kini tidak banyak bertanya. Namun, sekarang, ia justru menginginkan gadis itu bersuara, setidaknya mereka tak akan berakhir dalam keadaan hening yang mencekam seperti ini.

"Semua orang di perusahaan, mereka akan tahu tidak darimu, melainkan dariku. Kau paham?"kata Kevin. Ia memang sedang mencoba memecahkan keheningan ini dengan tetap berdoa semoga gadis itu akan membalas perkataannya.

"Aku bahkan tidak tertarik memberitahu mereka."kata Mila, membuat Kevin mengangkat sedikit ujung bibirnya, mengulas senyuman tipis diwajahnya.

"Bagus."ucap Kevin.

Kevin membuka pintu mobilnya, melangkah keluar, dan menutupnya kembali. Dan kemudian, ia melangkah pergi.

Ya, pergi. Melangkah masuk kedalam perusahaannya begitu saja. Meninggalkan Mila sendiri didalam mobilnya yang masih menatap percaya pada punggung Kevin. Pria itu, bagaimana mungkin pria itu bahkan tak membukakannya pintu.

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang