[73] : Hanya Akan Ada Tawa

2.5K 224 22
                                    

#175 in Romance
96.5k views & 11.3k votes
- 26 Juli 2017 -

.

.

.

.

.

Maaf, kalau ada typo. Ini adalah part terpanjang dengan sistem kebut ngetik ditengah malam😂

Mulai dari jam 1 pagi dan selesai jam setengah 4 pagi. Dengan segelas kopi yang menemani agar aku tidak mengantuk.

So, enjoy it!

.

.

.

.

.

Mila membuka perlahan kedua matanya kala mentari pagi mulai menampakkan rupanya dan sinar teriknya menyelinap masuk begitu saja dari celah tirai kamarnya.

Langit-langit kamarnya yang berwarna putih kemudian menjadi hal pertama yang ditatapnya kala kedua kelopak matanya itu telah terbuka dengan sempurna.

Deru napas terasa berhembus disebelahnya, menerpa wajahnya, membuatnya pun sedikit menoleh kearah sampingnya, dan menatap sosok pria yang masih sedang terlelap disebelahnya itu.

Senyuman bahagia pun tak mampu Mila sembunyikan dari wajahnya kala melihat betapa damainya wajah sosok pria disebelahnya itu kala terlelap.

Bahkan tangan sosok pria disebelahnya itu kini terasa melingkar disekitar tubuhnya, merengkuhnya dengan begitu erat.

Dibalik selimut putih tebal yang kini menyelimuti, tiada lagi sehelai benang lainnya pun yang menjadi penutup tubuh keduanya.

Mila mengulum senyuman kecil hingga wajahnya juga berubah menjadi merona merah kala memikirkan apa yang telah terjadi kemarin malam.

Bukanlah tentang aktivitas malam yang mereka lakukan hingga subuh tadi, karena itu juga bukanlah malam pertama mereka. Malam pertama mereka adalah dikamar apartemen milik sosok prianya itu di Paris.

Sedangkan yang mampu membuatnya merasa begitu bahagia adalah tentang ucapan sosok prianya itu kemarin malam.

'Kamu tahu bahwa kamu bukanlah cinta pertamaku, sayang. Dan tak ada yang dapat mengubah kenyataan itu. Namun, aku bersumpah atas segala hal yang kumiliki di muka bumi ini, kamu adalah wanita pertamaku.'

Bayangan ucapan prianya itu kembali terlintas dibenaknya. Membuat dadanya kembali berdebar bahagia.

Bagaimana tidak. Ia bahkan tak pernah menyangka bahwa sosok prianya itu, yang hidup selama ini di negara yang memiliki adat dan gaya hidup begitu bebas, ternyata bahkan belum pernah membawa seorang wanita ke ranjangnya. Bahkan termasuk kekasih yang teramat dicintainya dulu itu.

Ia sungguh sangat bahagia setiap mengingatnya. Setidaknya, bukan hanya dirinya saja yang menjadikan sosok prianya itu sebagai pria pertamanya, namun, begitu pula dengan sebaliknya.

Dan tiada yang lebih membahagiakan seorang wanita, setidaknya dirinya, selain dapat menjadi wanita pertama pula untuk sosok suaminya.

Mila kembali mengulas senyuman tipis diwajahnya seraya menggerakkan perlahan jari-jarinya, mengitari sekitar wajah sosok prianya itu.

Ia kemudian sedikit bangkit dan menarik tubuhnya, mendekat pada sosok prianya itu. Membuat tubuhnya yang tak tertutup sehelai benang itu pun sedikit tertarik keluar dari selimut putih tebal yang menyelimutinya itu.

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang