[27] : Dendam

2.8K 194 17
                                    

FLASHBACK.

Kamis, 16 Juni 2011.

RS Parisian Medical of Emerald.

"Dokter, bagaimana keadaan putraku?"

"Keadaannya telah stabil. Saat ini, ia hanya dalam pengaruh obat bius. Mungkin, ia akan segera sadar."

Suara itu, samar-samar terdengar oleh sosok pria yang masih terbaring di ruangan dominan berwarna putih itu. Matanya mengerjap perlahan beberapa kali sebelum akhirnya terbuka.

"Michelle."

Suara paraunya membuat sosok wanita paruh baya yang sedang berbicara dengan dokter, pun segera berbalik. Betapa girangnya wanita paruh baya itu, kala melihat putranya telah sadar.

"Nak, sayang, kau telah sadar?"tanya wanita paruh baya itu seraya menyentuh wajah pria yang terbalut dengan banyak perban disekitar kepala dan wajahnya itu. Bahkan lehernya harus dipasangkan Gips karena telah terjadi cedera tulang leher yang cukup parah padanya, begitulah perkataan sang dokter.

Dia tak menjawab. Matanya hanya dapat digerakkannya sedikit. Ia sedikit menarik dalam napasnya sebelum akhirnya ia kembali bergumam, "Mi-Michelle."

Bayangan kecelakaan mengerikan itu seolah masih bergeming jelas dibenaknya.

Bayangan bagaimana truk besar itu menabrak Mobil BMW-nya, bagaimana ia melihat darah yang mengalir keluar sangat banyak dikepala kekasihnya itu. Semuanya tergambar begitu jelas bahkan seolah masih dapat ia rasakan.

"Tenanglah, Nak. Semua akan baik-baik saja."

Ucapan sang Bunda tak dapat menghentikan kerisauan dalam hatinya. Namun, efek obat bius lebih kuat dalam menguasai dirinya. Hingga akhirnya matanya terpejam kembali namun, setetes bulir air mata sempat mengalir keluar dari sudut matanya.

*****

"Bagaimana keadaan putriku?"

Pertanyaan dari seorang wanita paruh baya lainnya itu mendapat balasan hembusan napas berat dari sang dokter. Seraya menggelengkan kepalanya, sang dokter berucap, "Maafkan kami, Nyonya. Kami telah berusaha. Namun, pendarahan di otaknya cukup parah. Tuhan ternyata berkehendak lain."

Bagaikan disambar petir, kini seluruh tubuhnya hanya dapat terkulai tak berdaya. Putri kesayangannya, putri satu-satunya, kini telah pergi meninggalkannya.

Jerit tangis histeris dirinya pun pecah. Pasalnya, ini adalah sebuah kenyataan paling berat dalam hidupnya.

*****

Suara monitor pendeteksi detak jantungnya masih terus berbunyi. Menjadi satu-satunya suara yang bergema diruangan itu.

Beberapa saat kemudian, matanya mulai mengerjap. Kesadaran perlahan mulai menghampirinya. Matanya beberapa kali dikerjap olehnya sebelum akhirnya terbuka dengan sempurna.

Langit-langit dari ruangan tersebut, berwarna putih, menjadi objek pertama yang ditatapnya.

Tubuhnya masih terasa kaku dan sulit untuk digerakkan. Namun, ia berusaha sekuat tenaganya untuk melepas masker oksigen yang terpasang padanya.

Hal pertama yang diingatnya kala membuka matanya, hanyalah sosok sang kekasih. Ia harus menemui kekasihnya itu. Mungkin kekasihnya kini sedang menunggunya diruangan lain.

Ia kembali menggerakkan tangannya untuk melepas selang infus yang terpasang padanya. Dan dengan langkah tertatih-tatih, ia pun melangkah kearah pintu. Membukanya perlahan dan berjalan keluar.

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang