[9] : Awal Cerita Kita

3.6K 201 8
                                    

Klek!

Ketika pintu itu dibuka, Mila yang sedang berdiri diam, menghadap keluar jendela dan larut dalam pemikirannya sendiri sedari tadi, pun berbalik. Ia tersenyum tipis ketika melihat sosok William-lah yang berjalan masuk. "Akhirnya kau kembali."ucapnya.

William membalas tersenyum pelan padanya. "Kau menungguku?"tanyanya dengan nada menggoda.

Mila mengangguk pelan. "Aku menunggu kabarmu. Itu lebih tepatnya."gumamnya.

William menghembuskan napasnya dengan kesal. Ia melangkah kearah sofa birunya yang empuk. Mencoba menenangkan sesaat dirinya yang sangat lelah saat ini. "Baiklah. Jadi, apa yang ingin kau dengar dariku?"desahnya.

Mila berjalan kearahnya dan ikut menghempaskan tubuhnya juga disana. "Will, kau membuatku kesal. Katakan saja bagaimana hasilnya? Kau pergi ke Kedubes Indonesia, kan?"tanyanya dengan nada kesal.

William menganggukkan kepalanya perlahan. "Aku menghabiskan setengah hariku disana. Ini melelahkan."katanya.

Mila menaikkan sebelah alis matanya dan bertanya, "Lalu, bagaimana? Apa semuanya telah selesai?"

William, pria itu menatap singkat kearah Mila. Ia merasa sedikit sulit juga untuk menjelaskannya. Ia menarik panjang napasnya dan bergumam, "Sayangnya, tidak." Ia berhenti sejenak lalu melanjutkan, "Mereka tetap mengatakan kau setidaknya harus memiliki KTP-mu ataupun fotokopi akte lahirmu dan kartu keluarga. Jika tidak, mereka tetap menolak untuk mengurusnya."

Mila memilih untuk bangkit dari tempat duduknya. Berjalan sedikit menjauh dari William dan terhenti didekat jendela. Matanya menatap lurus keluar sana dan ia mengigit pelan bibir bawahnya. "Itu artinya aku masih harus sedikit lebih lama disini lagi?"tanyanya dengan suara yang terdengar bergetar.

William tak mampu menjawabnya. Ia hanya dapat bungkam saat ini.

"Apa aku akan dianggap penyusup? Atau seseorang yang tak beridentitas disini? Apa aku akan dimasukkan kedalam sel penjara karena hal ini?"tanya Mila lagi.

"Tidak, Mil. Percayalah, tak akan seburuk itu. Kau masih memiliki diriku."ucap William, berusaha menenangkan Mila.

Ia ingin sekali menyelesaikan masalah ini. Namun, mengapa ini terlihat sangat sulit? Apa yang harus ia lakukan untuk melindungi gadisnya ini? Hanya itu yang selalu ia debatkan dalam dirinya.

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pintu itu memecahkan keheningan yang sedang terjadi diruangan itu. Lalu, sosok Christine muncul dari balik pintu. "Ada apa, Christine?"tanya William dengan suara rendahnya.

"Tidak, Sir. Saya hanya ingin memberitahu bahwa saat Anda tidak ada tadi, Mr. Jim Erickson dari perusahaan Emerald Medical Group datang kemari dan ingin menemuimu."jawab Christine.

"Mr. Jim? Oh! Lalu, apa dia menitipkan pesan untukku?"tanya William. Ia cukup penasaran dan mulai mencoba menerka maksud kedatangan pria yang menjadi salah satu staff penting diperusahaan nomor 1 di Paris itu.

"Ada, Sir. Namun, ia menitipkannya tidak padaku, melainkan pada nona Mila."ucap Christine.

William memalingkan wajahnya, menatap bingung sesaat pada Mila yang masih berdiri dengan posisi membelakanginya. "Baiklah, Christine. Kau boleh kembali ke pekerjaanmu sekarang."kata William pada Christine. Gadis itu hanya menurut dan berjalan keluar dari ruangan atasannya itu.

"Mil."panggil William dengan suara pelan, mencoba mencairkan suasana yang entah kenapa mendadak terasa dingin.

"Hm."gumam Mila. Gadis itu masih menolak berbalik menatap pada lawan bicaranya itu.

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang