BONUS : NIC (2)

1.6K 161 13
                                    

#178 in Romance
93.3k views & 10.7k votes
- 22 Juli 2017 -

.

.

.

Next Chap-nya mungkin baru bisa terbit besok malam. Itupun kalau gak ada halangan. So, enjoy dulu ya Bonus Chap-nya!

Oh ya, ini lanjutan dari "BONUS : NIC." yang kemarin.

Happy reading!

.

.

.

15 tahun yang lalu.

"Ini untukmu."

Suara rendah Kevin membuat sosok Nic sedikit mengangkat kepalanya dan menatap sosok yang berdiri dihadapannya itu.

Dengan perlahan, ia pun meraih sebotol minuman yang diulurkan Kevin padanya itu.

"Minumlah." Kevin bergumam pelan seraya membuka botol minumannya sendiri dan meneguknya.

Nic menatap sesaat pada sosok Kevin yang duduk disebelahnya itu. Tatapan matanya tampak nanar memandang.

"Kau pasti anak baru didaerah ini." Nic berucap pelan.

Kevin mengangkat sedikit sudut tepi bibirnya dan tersenyum kecil menanggapinya.

"Aku baru disini selama seminggu."ujar Kevin. "Ibuku tinggal disini, karena itulah, aku pun pindah kesini untuk tinggal dengannya."

"Ayah dan Ibumu tidak tinggal serumah?" Nic bertanya seraya sedikit mengernyitkan keningnya menatap sosok Kevin.

Kevin mengukir senyuman pahit diwajahnya. "Ayahku sudah lama tiada. Dan sejak itulah, Ayah dan Ibuku tidak lagi tinggal serumah."ucapnya. "Selama ini, aku hanya tinggal dengan Kakekku di Paris. Namun, karena Kakekku juga sudah tiada, kini, aku hanya memiliki sosok Ibuku."

Nic menatap sendu pada sosok Kevin. Setitik rasa bersalah pun menyelinap kedalam relung hatinya, membuatnya lidah menjadi terasa keluh untuk bertanya lebih jauh lagi.

"Ayah dan Ibuku juga tak pernah tinggal serumah." Nic berbisik mengatakannya kemudian.

Kevin memutar sedikit kepalanya, menatap sosok anak laki-laki yang duduk disebelahnya itu.

Entah mengapa, namun, sosok disebelahnya itu terlihat begitu menyedihkan, membuat sosok Kevin ingin menolongnya tadi.

Padahal sosok sang Kakek pernah mengatakan, 'Jangan mudah percaya pada siapapun didunia ini apalagi sampai mengulurkan tanganmu membantunya jika kau tak mengenalnya.'

Namun, pada anak laki-laki disebelahnya itu, hanya dengan melihat apa yang terjadi tadi padanya saja, hati kecil Kevin terasa seolah berbisik, memintanya agar bergerak untuk menolongnya tanpa harus berpikir lebih jauh lagi.

"Apa Ayah dan Ibumu juga mengalami hal yang sama seperti yang terjadi pada Ayah dan Ibuku?" Kevin bertanya dengan nada suara rendahnya.

Nic sedikit menundukkan kepalanya. Ia menatap kosong sesaat pada aspal jalanan yang dipijak kakinya kini, sebelum kemudian memutar kepalanya untuk menatap kembali sosok Kevin.

"Tidak, kau jauh lebih beruntung. Setidaknya, kau pernah melihat rupa Ayah dan Ibumu." Nic menghelakan napasnya dengan berat kala mengatakannya. "Berbeda denganku yang bahkan tak tahu bagaimana rupa Ayahku dan hanya pernah melihat rupa Ibuku dari foto-foto yang diperlihatkan oleh Bibiku."

Kevin memilih diam. Ia mencoba untuk diam dan hanya mendengarkan.

Seperti yang pernah dikatakan oleh sosok sang Ayah dulu, 'Terkadang akan lebih baik bila kita hanya menjadi pendengar daripada pembicara.'

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang