[38] : Permainan

1.9K 174 14
                                    

Kevin mendengus kesal. Untuk kesekian kalinya, ia lagi-lagi harus menggerakkan tangan sosok wanita itu lebih kebawah. Namun, seperti sebelumnya, tangan itu kembali bergerak keatas dan mengenai wajahnya.

"Hei! Bisakah kau membuka matamu saja ketika sedang membersihkan tubuhku? Dengan menutup matamu seperti itu, tanganmu akan mengenai wajahku. Atau yang lebih parahnya akan mengenai lenganku yang terluka."ketus Kevin dengan nada kesalnya.

Mila menggelengkan kepalanya. "Apa kau gila? Kau memintaku untuk membuka mataku disaat kau naked. Kau bisa, namun, maaf, aku tak bisa."ketus Mila balik.

"Half-naked. Aku cuma shirtless. Oh c'mon, semua wanita pernah melihat pria shirtless. Jadi, ini bukanlah masalah besar."gumam Kevin dengan nada frustasi karena lagi-lagi tangan Mila dengan handuk kecil itu mengenai wajahnya.

"Tidak. Jika bagimu itu biasa, maka tidak bagiku. Aku bahkan tak pernah melihat Kak Jovan shirtless. Lalu, bagaimana bisa aku melihatmu shirtless?"ucap Mila.

Kevin menghembuskan napasnya dengan frustasi. "Baiklah. Sekarang katakan, jika kau tak ingin membuka matamu, lalu bagaimana caramu membantuku berpakaian kembali?"tanyanya.

Mila terdiam sesaat. Lalu, ia mengangkat kedua bahunya dengan tetap memejamkan matanya. "Aku tak tahu."gumamnya seraya melangkah keluar, bahkan sebelum Kevin dapat menghentikannya.

"Hei! Apa kau gila? Kau ingin membiarkanku tidur malam ini tanpa memakai baju?"teriak Kevin.

Melihat tak mendapatkan respon apapun, ia lalu kembali berteriak, "Hei! Aku baru keluar dari rumah sakit. Apa kau berniat mengirimku kembali kerumah sakit?"

Seketika pintu kamarnya kembali terbuka. Dan sosok wanita itu pun terlihat melangkah masuk kembali. Membuatnya mengulas senyuman penuh kemenangan diwajahnya.

Mila menghela berat napasnya. Ia terpaksa menyerah, pada akhirnya. Katakanlah, pria itu berhasil meruntuhkan semua pertahanannya.

Dengan langkah sangat pelan, ia mencoba melangkah mendekat pada sosok Kevin. Pria itu benar-benar shirtless. Tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuh bagian atasnya itu.

Seperti yang ia katakan sebelumnya, ini pertama kalinya dalam hidupnya melihat seorang pria shirtless dihadapannya seperti ini.

Dapatkan ia mengatakan bahwa Tuhan menganugerahi pria itu dengan kesempurnaan?

Untuk sesaat, ia hanya berdiri diam ditempatnya, terpana menatap "keindahan" didepan matanya itu. Ia merasakan urat nadinya bergetar, darahnya berdesir, berdengung melewati pembuluh darahnya dan jantungnya berdebar lebih cepat 2 kali lipat dari yang seharusnya.

"Sudah puas mengagumi tubuhku?"suara pria itu sedikit menyentakkannya dari kekagumannya itu. "Aku tahu, aku terlihat sempurna. Namun, saat ini, aku mulai merasa kedinginan."lanjutnya.

Mila pun segera melangkah mendekati pria itu. Oh Tuhan, bisakah ia memohon untuk jangan goyahkan imannya?

Dengan perlahan, ia membantu sosok Kevin untuk mengenakan bajunya. Ia sangat berhati-hati karena takut akan mengenai lengan pria itu yang masih terpasang Gips.

Ia juga membantu sosok pria itu untuk berbaring ditempat tidur dan bahkan menyelimutinya.

"Terima kasih, Nona. Pelayananmu cukup sempurna. Aku akan memberimu 3 bintang."ucap Kevin.

Mila menghela napasnya seraya berdecak, "Hanya 3 bintang? Kau sungguh pelit, Tuan Kevin Andrew Emerald."

Keduanya kemudian tertawa secara bersamaan atas candaan kecil mereka itu. Lalu, beberapa saat kemudian, hanya keheningan yang kembali meliputi keduanya.

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang