[49] : Jakarta {3/3}

2.1K 198 24
                                    

Holaaa!
Finally update lagi. Wkwk. Masih subuh ya ini. Lol😂

Gapapa dehh. Mau bagaimana lagi, ide hanya ada saat tengah malam seperti ini. Jadi, yaudah. Updatenya juga berubah jam jadi tengah malam aja dehh. Hehe.

So, enjoy!

.

.

.

.

Mila melangkah perlahan menuruni tangga rumahnya. Matanya beberapa kali bergerak menatap sekeliling rumah. Sosok yang sedari tadi pagi ia coba temukan, tak juga ia temukan.

"Selamat pagi, sayang."suara itu menyapanya saat kakinya menyentuh anak tangga terakhir.

Mila menoleh kearah asal suara itu menyapanya. Sosok sang Mama terlihat tersenyum ramah dimeja makan.

"Selamat pagi, Ma."sapanya membalas. "Maaf, Ma. Aku bangun kesiangan hari ini."

Sang Mama hanya mengulas senyuman diwajahya seraya meletakkan minumannya. "Tidak masalah, sayang."gumamnya. "Mama mengerti, kau pasti tidak dapat tidur kemarin malam, mengingat ada perbedaan waktu disini dan di Paris sana. Sekitar berapa jam?"tanyanya.

Mila tersenyum tipis seraya melangkah kearah meja makan. Menarik salah satu kursinya dan kemudian memilih duduk bersandar disana. "5 jam, Ma."jawabnya.

Sang Mama mengangguk paham seraya mengoleskan sepotong roti dan memberikannya pada Mila. "Itu artinya, suamimu juga tidak dapat tidur semalaman?"

Mila meraih roti yang diberikan sosok Mama padanya dan memakannya. "Entahlah, Ma. Kami sempat mengobrol sesaat, sebelum akhirnya aku terlelap lebih dulu daripada dirinya."ucapnya disela mengunyah roti dalam mulutnya.

"Benarkah? Namun, dia bangun sangat pagi. Dia bahkan telah bangun sebelum Mama bangun. Atau mungkin ia tidak tidur semalaman?"ucap sang Mama.

Mila tampak bergutat sesaat dengan pemikirannya. Mungkin dia bekerja lagi semalaman. Itulah yang terlintas dibenaknya.

Matanya kemudian bergerak menatap sekelilingnya. "Dia sedang keluar, Ma?"tanyanya kemudian pada sang Mama.

"Suamimu?"gumam sang Mama. "Tidak. Hanya saja, sejak pagi, dia telah berada dihalaman belakang rumah. Sepertinya, ia sedang menerima telpon yang cukup penting. Apakah dia juga sesibuk itu saat kalian di Paris?"

Mila meraih cangkir berisikan teh yang baru saja dituangkan pelayan untuknya. Ia menyesapnya pelan. "Begitulah, Ma. Dia selalu pergi pagi dan akan pulang saat malam atau terkadang tengah malam."ujarnya. "Perusahaannya itu seolah telah menjadi rumah kedua untuknya."

"Mirip Kakakmu."gumam sang Mama.

"Oh ya, dimana Kak Jovan, Ma?"tanya Mila mengubah topik pembicaraannya.

Teringat seketika ia pada sosok sang Kakak. Sosok tersebut juga belum terlihat olehnya sedari tadi.

Sang Mama menarik panjang napasnya dan menghelakan dengan berat. "Kau seperti tak mengenal Kakakmu saja. Dunianya hanya akan tetap berjalan disekitar bisnisnya saja."ucapnya. "Karena itu, Mama benar-benar berharap ia segera menikah dan memiliki seorang istri yang akan membuatnya lebih betah untuk tinggal dirumah."

Mila menatap sesaat pada sang Mama, sebelum akhirnya ia bertanya, "Ma, berapa usia Kak Jovan saat mengambil alih perusahaan milik Papa?"

Sang Mama mengernyitkan sedikit keningnya, sedikit berpikir. "Setelah Papamu meninggal. 4 tahun yang lalu. Saat itu usianya sekitar 22 tahun."jelasnya. "Kenapa bertanya tentang itu?"tanyanya kemudian.

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang