[15] : Langkah Untuk Lebih Mengenalmu.

2.9K 193 11
                                    

Klek!

Pintu itu perlahan dibuka oleh sesosok dari luar. Mila tak bergeming sedikitpun ditempatnya kala pintu itu dibuka. Seolah ia tak tertarik untuk mengetahui siapa yang datang. Untuk apa ia tertarik sedangkan dirinya sendiri yakin bahwa yang masuk pastilah pria pemaksa menyebalkan itu, Kevin.

Memang benar. Itu adalah sosok Kevin. Ia melangkah perlahan kearah king-size bednya dan kemudian merebahkan tubuhnya disana. Ia merasa sedikit rileks saat disini. Jauh dari tekanan pekerjaannya. Seolah ia sedang liburan.

Matanya kemudian bergerak melirik kearah Mila. Gadis itu berdiri seraya menatap kosong keluar jendela. Sesuatu pastilah sedang menganggu pikirannya lagi. Begitulah tafsiran yang dapat dinyatakan Kevin dalam pemikirannya saat ini.

Ia menghembuskan napasnya yang terdengar lelah seraya memejamkan perlahan kedua matanya. "Ini sudah malam. Tidurlah."gumamnya.

Mila menoleh menatapnya. Ia menatap heran sekaligus kaget pada Kevin. Apa pria itu sedang mengajaknya tidur bersama? Dia pasti sudah gila!

Kevin mengukir senyuman tipis dibalik matanya yang masih terpejam. Ia tahu apa yang ada dibenak Mila saat ini. Ia bukanlah sosok pembaca pikiran. Hanya saja, setelah ia memikirkan ulang perkataannya baru saja, gadis itu pasti berpikir yang tidak-tidak.

Kevin bangkit dari posisi tidurnya dan menjejalkan kedua tangannya kedalam saku celananya. "Tidurlah dikamarku. Aku akan tidur dikamar tamu."gumamnya.

"Ke-kenapa?"tanya Mila. Ia mengutuk dirinya sendiri atas pertanyaan yang baru saja keluar dari bibirnya itu.

Kevin tersenyum pelan mendengar pertanyaan itu. Ia membalikkan badannya dan menatap Mila seraya mengangkat sebelah alisnya. "Apa maksudmu kenapa? Apa kau ingin kita tidur bersama?"tanyanya dengan nada menggoda Mila.

Mila menggelengkan kepalanya cepat. "Ti-tidak. Bukan itu maksudku."ucapnya.

"Lupakanlah. Istirahatlah dikamarku karena akan jauh lebih nyaman. Aku akan tidur dikamar tamu malam ini. Kita kembali ke Paris besok siang."ucap Kevin seraya berjalan kearah pintu.

Langkahnya terhenti kala tangannya menyentuh ganggang pintu. Ia teringat satu hal. "Keluargamu, apakah kita yang akan mengunjunginya atau mereka yang akan datang?"tanyanya, tanpa berbalik.

Tangan Mila perlahan bergerak dan memeluk sendiri tubuhnya. "Mereka yang akan datang."ucapnya dengan nada pelan.

"Kabari aku jika mereka tiba nanti. Dan kita akan lanjutkan permainan sandiwara ini."ucap Kevin sesaat sebelum dirinya berjalan keluar.

Ia keluar. Meninggalkan Mila sendiri dalam kamarnya. Membiarkan gadis itu kembali dalam pemikirannya sendiri. Pemikiran tentang semuanya.

Ini tak semudah yang dibayangkannya. Dirinya tak dapat serileks pria pemaksa itu yang terlihat begitu tenang mengatakan semuanya pada keluarganya. Reaksi awal dari William telah membuktikannya. Ini mungkin akan semakin buruk jika sampai sosok sang kakak mengetahuinya.

Ia menghela napasnya dengan berat. Apa gunanya kekhawatirannya kini? Bukankah ini jalan yang dipilihnya? Bukankah dirinya sendiri yang menerima tawaran gila ini?

Perlahan, kakinya melangkah kearah king-size bed milik bosnya itu. Ia menyentuh perlahan selimut putih yang menutupi sebagian besar tempat tidur itu.

Dan dengan perlahan juga, ia merebahkan tubuhnya disana. Aroma tubuh pria pemaksa itu langsung tercium olehnya. Ia tak pernah menyangka ini akan terjadi. Dan kelak, ini akan terjadi lagi dan lebih daripada yang saat ini terjadi. Pria pemaksa itu akan tidur disebelahnya, bahkan mungkin mendekapnya. Bayangan ini membuatnya merasa merinding kala membayangkannya. Ini buruk. Mimpi yang sangat buruk!

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang