[82] : Hanya Tinggal Mimpi?

2K 216 22
                                    

#186 in Romance
112k views & 13.4k votes
- 20 Agustus 2017 -

.

.

.

.

.

Kalau ada yang nanya kenapa aku udah mulai lama update cerita skrg, selain karena emg udh dekat ending dan otakku jadi susah dapat ide, itu juga karena waktu kuliahku udah bakal dimulai. Ini lagi sibuk"nya urusi masalah ospek. Belum lagi, setiap sabtu-minggunya, aku juga harus kerja. Jadi, waktunya udah mulai padat lagi. So, mohon dimaklumi aja ya.

Happy reading!

.

.

.

.

.

"Baiklah. Segera kabari Saya begitu kau menemukannya."

Jim pun mengakhiri panggilan singkatnya itu dan menyimpan kembali ponselnya kedalam sakunya.

"Hei, kemari." Jim berseru memanggil salah satu anak buahnya. "Pergi ke parkiran dan letakkan semua berkas ini didalam mobil." Jim memberikan sejumlah berkas pada anak buahnya itu.

Setelah sosok anak buahnya itu pun pergi bersama dengan beberapa pengawal lainnya, mata Jim kemudian beralih menatap pada sosok Kevin.

Sosok pria tersebut tampak sedang berdiri menghadap keluar jendela. Tatapan matanya terlihat begitu tajam namun hampa dan juga wajahnya tampak begitu datar.

Tanpa perlu dipertanyakan lagi, Jim sangat paham apa yang membuat sosok sang Bos seperti itu.

Ketika kehilangan seseorang yang teramat berharga dalam hidup ini, orang lain mungkin biasanya akan panik, marah-marah atau mungkin menyalahkan siapapun disekitarnya yang mampu untuk disalahkannya.

Namun, berbeda dengan sosok sang Bos. Pria itu justru hanya tampak tenggelam dalam keheningan dan pemikirannya sendiri.

Dan Jim dapat melihat kecemasan dan ketakutan yang besar dibalik keheningan sosok sang Bos itu.

Namun, seperti kejadian dulu, sosok sang Bos lebih terbiasa untuk menyalahkan dirinya sendiri lagi pastinya atas kejadian yang menimpa sosok wanita yang dicintainya itu daripada justru menyalahkan orang-orang disekitarnya.

Padahal, jika menurut Jim, sosok Jovan merupakan salah satu orang yang patut untuk dipersalahkan selain daripada para anak buah yang dikirimkan untuk menjaga Mila dan para staf keamanan hotel.

Namun, menurut sosok sang Bos, Jovan tidak bersalah. Begitupula dengan para keamanan yang ada. Melainkan, dirinya sendiri yang bersalah karena gagal untuk segera menemukan sosok psikopat, Dennis McKenzie, dan malah membiarkan psikopat itu berhasil menculik sosok istrinya.

Jim pun kemudian melangkah perlahan kearah sebuah meja dan meraih sebotol air mineral dari sana.

Ia lalu melangkah menghampiri sosok Kevin. Menggerakkan perlahan tangannya dan menyentuh pundak sosok sang Bos.

"Sir, minumlah sedikit dulu air." Jim menyodorkan botol air mineral tersebut pada Kevin.

Kevin memejamkan sesaat matanya, menarik dalam napasnya dan kemudian menghelakannya dengan berat.

"Apa ada kabar terbaru tentang keberadaan Mila?"

Itulah hal pertama yang keluar dari bibir Kevin setelah sekian lama ia hanya larut dalam diamnya.

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang