[28] : Mencintainya

3.5K 211 45
                                    

Italia.

"Masih ingin mengatakan kau tidak mencintainya?"

Pertanyaan itu jelas membuat Kevin menghelakan dengan berat napasnnya. Ia lelah jika harus berulang menjelaskan semuanya. "Aku bukannya mencintainya, Nic. Aku hanya tak bisa tak mempedulikannya. Bagaimana pun juga, aku telah berjanji tak akan menyakitinya."ucapnya pada sosok Nic diseberang sana.

"Peduli adalah langkah awal menuju cinta, Vin. Aku sangat berpengalaman dalam hal itu."

Kevin memilih bangkit dari kursinya dan berjalan kearah kaca jendela besar yang membatasinya dari dinginnya malam itu. Meski begitu, kaca itu tak dapat membatasinya dari pemandangan indah yang selalu memanjakan matanya itu. "Kau tahu bahwa itu masih mustahil hingga hari ini, Nic. Aku masih mencintai Michelle."

"Kau mengatakan bila kau tak ingin menyakitinya. Kau tahu, bila ia mendengar apa yang kau katakana hari ini, kau telah menyakitinya melebihi bayanganmu. Yang terburuknya adalah, bila ia justru jatuh cinta padamu."

Kevin mengulas senyuman tipis diwajahnya. "Maka sebaiknya dia tidak."

Percakapan melalui telpon itu akhirnya berakhir. Kevin melemparkan ponselnya dengan asal keatas meja. Matanya kembali menatap jauh keluar jendela, meski kali ini jauh lebih terlihat sendu. Pasalnya, perkataan Nic seolah bergeming dipikirannya.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk."

Sosok Jim kemudian mendorong masuk pintu tersebut dan melangkah masuk kedalam. Ia lalu melangkah mendekat pada Kevin.

"Bagaimana?"tanya Kevn dengan suara rendahnya.

"Semuanya telah kulaksanakan sesuai keinginanmu, Sir. 2 hari lagi, hasilnya mungkin akan keluar. Gale akan mengurusnya nanti."jawab Jim.

"Baiklah. Aku mempercayakannya padamu."ucap Kevin.

"Ya, Sir. Apa ada hal lain yang kau ingin aku lakukan lagi, Sir?"tanya Jim.

Kevin menggerakkan sedikit bola matanya dan meliriknya. "Tidak. Untuk hari ini sudah cukup. Pergilah beristirahat. Besok kita masih ada jadwal pengontrolan ke rumah sakit."

"Baiklah, Sir. Selamat malam."ucap Jim seraya berlalu pergi.

*****

Karena terkadang cinta datang tanpa kita ketahui. Karena terkadang cinta datang bersamaan dengan sejumlah teka-teki.

Paris.

Klek!

Nuansa remang-remang menyambutnya kala ia memasuki kamarnya. Ia kemudian melangkah mendekat pada tempat tidurnya yang berukuran king-size. Ia melangkah begitu pelan karena tak berniat membangunkan sosok yang sedang terlelap ditempat tidurnya itu.

Langkahnya kemudian terhenti beberapa meter dari tempat tidurnya. Ia memandang sosok yang sedang tertidur itu dengan tatapannya yang mendalam.

'Kau mengatakan bila kau tak ingin menyakitinya. Kau tahu, bila ia mendengar apa yang kau katakana hari ini, kau telah menyakitinya melebihi bayanganmu. Yang terburuknya adalah, bila ia justru jatuh cinta padamu.'

Bayangan kata Nic mendadak kembali melintasi benaknya. Ia kemudian melangkah mendekat pada wanita yang sedang terlelap itu.

Dengan sangat pelan, tangannya bergerak meraih selimut dan menyelimuti tubuh wanita itu. Suara hatinya lalu berkata, "Aku bersumpah tak ingin menyakitimu. Aku tak ingin membuatmu terluka sedikit pun. Aku hanya belum dapat menyembuhkan lukaku sendiri."

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang