[48] : Jakarta {2/3}

1.3K 158 17
                                    

Wah! Akhirnya bisa update cepat juga. Hitung-hitung menebus yang kemarin deh karena lama updatenya.

Setelah ini, mungkin harus sedikit bersabar lagi ya. Beberapa hari lagi mungkin baru bisa update. Maybe 3 atau 4 hari? Hehe.

Happy reading.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

BAB 48

Klek!

Sosok Jovan terlihat melangkah masuk kedalam rumahnya dengan langkah yang cepat.

"Ma."serunya dengan napas yang masih memburu kala melihat sosok sang Mama diruang makan dan sedang membereskan meja makan.

Sang Mama mengulas senyuman diwajahnya kala melihat putra sulungnya itu telah pulang. "Kau sudah makan, Nak?"tanyanya.

Jovan menganggukkan kepalanya seraya berusaha menetralkan napasnya yang masih memburu. "Aku makan dengan klien tadi."gumamnya.

Matanya kini menatap sekeliling rumahnya. "Ma, dimana Mila? Dia pergi keluar?"

Sang Mama hanya tersenyum geli melihat kelakuan putranya itu. Ia mengerti bagaimana protektif dan sayangnya putranya itu pada sosok sang Adik. "Dia sedang di halaman belakang, berbincang dengan Kevin."

Seketika raut wajah Jovan berubah. Rahangnya tampak mengeras. Matanya bergerak menatap tajam pada sang Mama. "Dia ikut datang kesini?"tanyanya dengan nada suara yang terdengar dingin dan mencekam.

Sang Mama mengernyitkan sedikit keningnya. Menatap heran pada perubahan raut wajah dan suara sosok putranya itu. "Dia adalah suami Adikmu. Tentu ia akan datang dengan Adikmu."ucap sang Mana seraya berbalik dan melangkah kearah dapur.

Jovan menarik dalam napasnya dan menghelakan dengan kesal. Entah mengapa, namun setiap mendengar nama pria itu, Jovan merasakan aliran darahnya mendidih.

Ia belum sepenuhnya mengetahui apa yang direncanakan sosok pria itu. Namun, yang ia tahu pasti, ia tidak akan mengampuni pria itu bila pria itu membuat sang Adik terluka sedikit saja.

Dan apapun rencana pria itu, Jovan bersumpah akan menemukan cara untuk mengetahuinya. Bila saatnya itu tiba, tidak akan ada yang dapat menghalanginya untuk menghabisi nyawa pria itu.

*

Jovan melangkah perlahan kearah halaman belakang rumahnya. Selesai mandi dan mengganti pakaiannya, ia yang awalnya berpikir baru akan menemui sosok sang Adik esok pagi, tak lagi dapat membendung kerinduannya dan memilih untuk menemuinya malam ini juga.

Sesungguhnya ia malas jika harus bertemu juga dengan sosok suami sang Adik, Kevin. Namun, mau bagaimana lagi, untuk saat ini, seperti yang dikatakan sang Mama, pria itu masih berstatus suami sang Adik.

Dan ia berharap ia dapat segera menemukan cara untuk mengetahu rencana pria itu dan melepaskan gelar pria itu sebagai suami sang Adik selamanya.

Bukannya ia tak ingin sang Adik bahagia dengan memiliki sebuah pernikahan dan rumah tangga. Namun, ia merasa sosok Kevin bukanlah pria yang tepat. Buktinya, beberapa waktu lalu, ia melihat sang Adik menangis. Dan ia juga baru mengetahui bahwa pernikahannya selama ini hanyalah berupa sebuah kesepakatan.

Langkah kakinya pun terhenti didekat pintu halaman belakang rumahnya. Tampak hanya ada sosok sang Adik yang sedang duduk dipinggiran kolam renang seraya menatap keatas langit malam.

Matanya mencoba menatap sekeliling untuk memastikan bahwa Adiknya memang hanya sendirian disana. Ia menghela napas lega kala merasa yakin memang tiada siapapun lagi disana selain sosok sang Adik disana.

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang