[36] : "I'll Try"

2.4K 186 20
                                    

28 Maret 2016

Klek!

Sosok Mila terlihat melangkah masuk dari balik pintu. Kegelapan dalam kamar tersebut tak membuatnya kesulitan untuk menemukan sosok yang sedang terlelap diatas tempat tidur.

Dengan langkah perlahan, ia mencoba melangkah mendekat pada sosok yang sangat ingin ia temui sedari tadi.

Ia tahu ini bukan waktu yang tepat. Mengingat ini telah tengah malam. Namun, rasa cemasnya melebihi akal sehatnya kini.

Sosok Kevin terlihat sedang terlelap dalam tidurnya. Lengan kanan pria itu terlihat terpasang Gips. Ini membuat ingatan mengerikan itu kembali menghampirinya.

Setetes buliran air mata pun mengalir keluar begitu saja dari pelupuk matanya tanpa dapat ditahannya. Mengingat beberapa jam yang lalu, ia begitu takut tak akan lagi dapat melihat wajah sosok dihadapannya kini.

Bayangan mengerikan akan suara tembakan dan kemudian darah yang dilihatnya beberapa jam yang lalu, itu benar-benar menjadi hal yang paling mengerikan dalam hidupnya.

Perlahan, ia mengerakkan tangannya untuk menyentuh wajah sosok pria yang telah membuatnya merasa takut selama beberapa waktu itu. Namun, kemudian ia mengurungkan niatnya itu. Ia tak ingin membuat pria itu terbangun dari tidurnya yang lelap.

Ia pun berbalik dan berniat berjalan keluar. Namun, seketika langkahnya itu terhenti kala pergelangan tangannya ditahan.

Mila segera berbalik kembali dan melihat sosok Kevin yang kini sedang menatapnya. "Ma-maaf, a-aku tak bermaksud membangunkanmu. A-aku han-"

"Ssstt." Kevin menggerakkan jari telunjuknya, menghentikan Mila untuk melanjutkan kata-katanya.

"Diamlah. Ini sudah larut. Kau dapat membangunkan semua orang."gumamnya.

Perlahan, Kevin pun bangkit dari posisi tidurnya dan memilih untuk duduk bersandar pada tepian tempat tidurnya. Ia sedikit meringis kesakitan kala harus menggerakkan lengan kanannya.

Mila merasa khawatir melihatnya yang terlihat kesakitan. "Jangan terlalu banyak bergerak. Berbaring saja."bisiknya.

Kevin menggelengkan perlahan kepalanya. "Tidak. Aku baik-baik saja."

"Kau yakin?"lirih Mila seraya memberikan tatapan cemasnya.

Kevin memberikan anggukkan kecil. "Jangan hanya cemaskan aku."suaranya terdengar lebih dingin kali ini. "Bagaimana keadaanmu sendiri?"tanyanya.

"A-aku?"

Mila sedikit merasa heran kala pertanyaan itu ditujukan padanya. Mengingat yang terluka dalam kejadian tadi bukanlah dirinya melainkan sosok pria dihadapannya itu.

Kevin sedikit mendengus. "Carrine mengatakannya padaku. Sama sepertiku, kau juga adalah pasien."gumamnya.

Mila mengigit perlahan bawah bibirnya. "Aku baik-baik saja. Maaf."bisiknya.

"Maaf?" Kevin menaikkan sedikit alisnya, memberikan tatapan heran, sebelumnya akhirnya tawa kecilnya terdengar.

Mila kembali memberikan tatapan herannya. "Kenapa kau justru tertawa?"

Kevin menggelengkan kepalanya seraya tetap tertawa geli. "Karena kau begitu polos."gumamnya.

Mila memilih diam. Ia masih tak mengerti. Namun, yang pasti kini, ia bahagia karena melihat pria itu benar-benar telah baik-baik saja. Hanya sedikit terluka dilengan kanannya.

Dan yang lebih membahagiakan untuknya adalah, sejak ia mengenal sosok pria itu, inilah pertama kalinya, ia dapat melihatnya tertawa. Tertawa karenanya.

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang